Slide show

I want I can. Gambar tema oleh enot-poloskun. Diberdayakan oleh Blogger.

PENYAKIT PENTING TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta L.)

MAKALAH
PENYAKIT PENTING TANAMAN UBIKAYU

I.         PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
            Tanaman ubi kayu atau singkong merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di indonesia kerena hampir diseluruh wilayah indonesia tanaman ubi kayu dapat tumbuh baik, di indonesia sendiri tanaman ubi kayu merupakan komoditas ketiga sesudah padi dan jagung. selain itu tanaman ini menghasilkan komoditas ekspor dalam bentuk gaplek, tapioka, dan pelet pakan ternak. Umbi tanaman ubi kayu juga banyak di jadikan olahan seperti keripik, gaplek, tape, ubi rebus dan aneka olahan dari tepung tapioka.tanaman ini tersebar diseluruh wilayah indonesia baik sebagai tanaman tegal atau perkebunan, jawa timur, jawa tengah, jawa barat dan lampung merupakan penghasil ubi kayu terbesar.

            Tanaman ubi kayu optimum di tanam pada dataran rendah, meskipun masih dapat ditanam pada ketinggian tempat >1500 m dari permukaan laut, ubi kayu mampu bertahan di musim kering dengan curah hujan 500-5000 mm per tahun. Akan tetapi produksi tanaman ubi kayu di indonsia saat ini belum maksimal selain disebabkan karena berkurangnya areal lahan hingga menurunnya luas areal panen akibat konversi lahan juga disebabkan karena serangan penyakit tanaman.
            Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor yang mampu mengakibatkan penurunan hasil dan mutu hasil pada tanaman pangan di Indonesia. Oleh karena itu mengenal macam-macam penyakit yang sering menyerang tanaman ubi kayu adalah sangat penting sehingga mampu mengetahui teknik pengendalian penyakit yang efektif dan efieiensi guna menunjang program peningkatan produksinya.

b.      Tujuan
            Tujuan dari pembuatan makalah/paper ini adalah untuk mengetahui penyakit penting pada tanaman ubi kayu (Manihot sp.) dan tindakan pengendaliannya.




II.     TINJAUAN PUSTAKA
            Tanaman ubi kayu atau singkong merupakan salah satu tanaman yanga banyak dibudidayakan di indonesia kerena hampir diseluruh wilayah indonesia tanaman ubi kayu dapat tumbuh baik, di indonesia sendiri tanaman ubi kayu merupakan komoditas ketiga sesudah padi dan jagung. selain itu tanaman ini menghasilkan komoditas ekspor dalam bentuk gaplek, tapioka, dan pelet pakan ternak. Umbi tanaman ubi kayu juga banyak di jadikan olahan seperti keripik, gaplek, tape, ubi rebus dan aneka olahan dari tepung tapioka.tanaman ini tersebar diseluruh wilayah indonesia baik sebagai tanaman tegal atau perkebunan, jawa timur, jawa tengah, jawa barat dan lampung merupakan penghasil ubi kayu terbesar (Semangun H, 1996).
            Tanaman ubi kayu optimum di tanam pada dataran rendah, meskipun masih dapat ditanam pada ketinggian tempat >1500 m dari permukaan laut, ubi kayu mampu bertahan di musim kering dengan curah hujan 500-5000 mm per tahun. Dalam sistematika (taksonomi) tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ( tumbuh – tumbuhan )
Divisio       : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisio : Angiospermae
Kelas          : Dicotyledonae ( biji bekeping dua )
Ordo       : Euphorbiales
Famili         : Euphorbiaceae
Genus         : Manihot
Spesies      : Manihot spp Crantz.

Tanaman ubi kayu memiliki batang tanaman singkong berkayu, beruas -ruas, dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Batang berlubang, berisi empulur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus. Berdaun menjari dengan cangap 5 – 9 helai. Daun singkong terutama yang masih muda mengandung racun sianida. Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga jarang berbuah. Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas kulit luar tipis (Diane M, 2006).
Produksi tanaman ubi kayu di indonsia saat ini dapat dikatakan masih belum maksimal selain disebabkan karena berkurangnya areal lahan hingga menurunnya luas areal panen akibat konversi lahan juga disebabkan karena serangan penyakit tanaman akan tetapi kegiatan penggendalian penyakit pada tanaman ubi kayu budidaya tidak begitu terkenal namun serangan dari penyakit ini mampu menurunkan produksi dari tanaman ubi kayu apalagi Indonesia memiliki iklim tropis sehingga potensi serangan penyakit di indonesia sangat tinggi .
Salah salah satu penyakit penting dari tanaman ubi kayu ialah hawar bakteri yang disebabkan oleh patogen Xantomonas axonopodis pv. Manihotis, patogen mampu tersebar secara luas terutama pada areal pertanaman yang sudah terinfeksi, patogen tersebar luas melalui percikan air hujan, serangga dan campur tangan manusia melalui peralatan budidaya (Agrios, 2005).



III.    PEMBAHASAN
Budidaya tanaman ubi kayu tidak lepas dari permasalahan penyakit yang sering menyerang tanaman budidaya. Serangan patogen sering di abaikan oleh petani karena petani beranggapan serangan patogen penyakit tidaklah berpengaruh banyak terhadap produktivitas tanaman ubi kayu budidaya, sehingga tindakan pengendaliannya masih jarang dilakukan. Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman ubi kayu dan berpotensi besar menimbulkan kerugian ialah sebagai berikut :

1. Hawar Bakteri (Xanthomonas campestris pv. Manihotis Berthet. )
Hawar bakteri (bacterial blight) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Manihotis yang sudah diketahui sejak lama oleh Reitsma dan van hoof pada tahun 1948. Padatahun 1974 penyakit ini menimbulkan banyak kerugian pada tanaman ubi kayu di kebun percobaan Magos dan kemudian Lampung (Wargono et al, 1981 dalam Semangun,  ). Hawar bakteri menjadi penyakit penting pada tanaman ubi kayu karena jika lingkungan mendukung serangan hawar bakteri mampu menurunkan produksi hingga 90-100% berdasarkan hasil penelitian di afrikadan amerika latin oleh Lozano 1975.
Gejala : Pada daun terdapat bercak kebasah-basah dengan bentuk tidak teratur, bersudut-sudut (angular) dikelilingi oleh daerah bewarna hijau tua (Reddy R, 1989). Gejala yang meluas dengan  cepat dan warna bercak menjadi coklat muda, mengkriput dan menyebabkan daun layu yang selanjutnya daun rontok. Tanam yang terserang masih mampu membentuk tunas baru akan tetapi tunass ini pun terserang juga sehingga ikut mati. Jaringan epidermis batang muda yang terinfeksi sering pecah dan pada cuaca yang lembab dapat mengeluarkan getah (gum) yang mengandung bakteri yang kemudian batang yang terserang akan mengering dan mati.
Pada pengamatan penampang melintang batang yang terinfeksi akan tampak bahawa berkas pembuluh berwarna coklat dan terjadi nekrosis dan terlihat garis-garis pada penampang membujur. Selain dari batang getah yang terdiri dari massa bakteri sering keluar dari bercak, terutama pada permukaan dau dan sekitar tulang daun. Biasanya gejala akan timbul setelah 11-13 hari setelah infeksi.
Penyebab : hawar bakteri pada tanaman ubi kayu disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Manihotis Berthet. Bakteri berbentuk batang pendek 1,6 x 0,6 µm, gram negatif, bergerak dengan flagella di ujung tidak membentuk kapsula dan spora. Bakteri bersifat anaerob, dapat tumbuh cepat dan tidak berpigmen.
Daur hidup : bakteri ini bisanya melakukan penetrasi kejaringan melalui luka pada jaringan epidermis atau mulut kulit. Baketri lalu masuk kedalam jaringan pengangkut dan meluas mengahancurkan jaringan parenkim pada daun dan tunas muda. Pergerakan ke batang melalui pembuluh xilem  namun juga dapat melalui jaringan empulur batang sedangkan pada jaringan tua yang mengandung lignin hanya terbatas pada jaringan pengangkut. Bakteri menyebar ketempat lain terutama karena terbawa dalam stek yang terinfeksi, hewan, peralatan budidaya dan percikan air hujan, terutama dari getah dari daun yang sakit dengan kelembaban jenuh selama 12 jam dan musim penghujan serangan penyakit meningkat (Lezano dan booth, 1974 dalam Semangun 1996)
Faktor yang mempengaruhi penyakit : Jenis-jenis ubi kayu memiliki ketahanan yang berbeda kemungkinan disebabkan oleh : 1). Bakteri terhamabt penetrasinya 2). Bakteri tidak meluas secara sistemik 3). Tanaman tahan serangan patogen. Pemupukan yang yang berimbang terutama NPK dan bahan organik meningkatkan ketahanan tanaman (Nunung, 1985, yahya 1987). Pada musim penghujan potensi serangan akan meningkat dan suhu 30o C optimum terhadap perkembangan penyakit.
Pengendalian : Pengunaan varietas tahan, penanaman stek yang sehat dan terbebas penyakit, pergiliran tanaman, pemangkasan dan sanitasi kebun dan pemusnahan tanaman terinfeksi (Lezano dan booth, 1975 dalam Semangun 1996 ).

2.      Layu Bakteri ( Pseudomonas sonacearum Smith. 1896)
Palm (1921) menyatakan bahwa dari tanaman Manihot glaziovii yang sakit layu dapat disolasi bakteri Pseudomonas sonacearum. Koem (1948) menyatakan beberapa tempat penyakit lendir menimbulkan kerugian besar pada ubi kayu. Berbeda dengan penyakit hawar bakteri, pada penyakit ini daun yang layu bersama-sama untuk semntara waktu tetap melekat pada batang. Di indonesia sendiri dilaporkan bahwa gejala penyakit ini terbagi menjadi tiga tipe yaitu tanaman layu, daun gugur dan mati ujung. Biasnya untuk gejala yang pertama disertai dengan perubahan warna pada bagian –bagian bawah tanah. Selain di indonesia penyakit layu bakteri ini  juga ditemukan di Brazil dan kolombia.
Nakagawa (1978) melaporakan bahwa telah terjadi kerugian karena penyakit layu pada ubi kayu di Lampung dan diberitakan bahwa beberapa gulma disana dapat menjadi inang yaitu Croton hirtus, Ageratum conyzoides, spigelia arthelmia.
Penyebab : Penyebab penyakit layu bakteri ialah bakteri Pseudomonas sonacearum, bakteri berbentuk batang melengkung dengan ukuran 0,5-1 x 0,5-4 µm
Gejala : Terdapat daun yang layu secara serentak dan gugur daun dan keluar lendir bewarna putih cair pada bagian batang dan ujung tangkai daun.
Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu patogen terpenting dari golongan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit layu bakteri yang tersebar secara luas di daerah tropik dan subtropik serta daerah-daerah bersuhu panas di dunia. Usaha pengendalian P. solanacearum dengan menggunakan varietas tahan dan antibiotika (bakterisida) ternyata membawa masalah baru dengan munculnya ras-ras baru patogen yang lebih virulen, sehingga perlu dicari suatu penanganan lain yang lebih aman dan ramah lingkungan. Salah satu agens antagonis yang memiliki potensi besar dalam penanganan penyakit layu bakteri adalah Pseudomonas kelompok flurescens yang mampu mengkolonisasi daerah perakaran dan menghasilkan senyawa-senyawa siderofor yang berperan dalam pertumbuhan tanaman dan pengendalian hayati.
Pengendalian : penggunaan varietas tahan, berdasarkan pengujian lapang menurut Nakagawa (1978) kultivar kuning paling rentan terhadap layu bakteri, diikuti dengan SPP Pandesi dan genjah. Galur dan klon terbukti tahan (tahum, ketan merah, SPP, singkong putih, W 528, ketan putih, genjah hitam, baserat no 802 dan no 547).
Gambar tanaman terserang layu bakteri (Semangun, 1996)

3.      Bercak Coklat (Cercosporidium henningsii Allesh.) Deighton
Untuk pertama kalinya penyakit beercak coklat pada singkong ditemukan oleh Zimmermann di Jawa pada tahun 1902. Penyakit ini tersebar di seluruh Indonesia. Ternyata bahwa penyakit tersebut ada disemua daerah penanaman singkong di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Penyakit ini merupakan penyakit daun yang paling penting pada tanaman ini.
            Gejala serangan : Bercak tampak jelas pada kedua sisi daun. pada sisi atas bercak tampak coklat merata dengan tepi gelap yang jelas. Pada sisi bawah daun tepi bercak kurang jelas dan di tengah bercak coklat terdapat warna keabu-abuan karena adanya konidiofor dan konidium jamur. Bercak berbentuk bulat dengan garis tengah 3 - 12 mm. Jika berkembang bentuk bercak dapat kurang teratur dan agak miring - sudut karena dibatasi oleh tepi daun atau tulang - tulang daun. Jika penyakit berkembang dengan terus menerus daun yang sakit menguning dan mengering dan dapat gugur. Pada cuaca hujan dan panas jenis rentan dapat menjadi gundul.
            Penyebab :  penyakit bercak coklat ini disebabkan oleh  cercosporidium henningsii. hifa jamur ini berkembang dalam ruang sela-sela sel, membentuk stroma dengan garis tengah 20 - 45μm. Stroma membentuk konidiofor dalam berkas - berkas yang rapat. Konidiofor coklat kehijauan pucat, warna dan lebar merata, tidak bercabang, dengan 0 - 2 bengkokan, bulat pada ujungnya dan memiliki bekas spora yang kecil atau sedang. Konidium dibentuk pada kedua sisi daun pada ujung konidiofor, berbentuk tabung, lurus atau agak bengkok, kedua ujungnya membulat tumpul, pangkalnya berbentuk tumpul. Jamur membentuk peritesium hitam, bergaris tengah 100μm, kadang - kadang tampak tersebar pada bercak di permukaan atas daun. Askus seperti gada memanjang, berisi 8 spora.
Gambar tanaman terserang bercak coklat (Semangun, 1996)

            Daur penyakit :  Penyebaran penyakit banyak berasal dari angin atau hujan yang membawa spora dari bercak tua dan daun tua yang sudah rontok ke permukaan daun sehat. Jika udara cukup lembab, konidium berkecambah, membentuk pembuluh kecambah. Penetrasi terjadi melalui mulut kulit dan jamur meluas dalam jaringan lewat ruang sela-sela sel. Dalam cuaca panas dan lembab membutuhkan waktu 12 jam. Selama musim kemarau jamur mempertahankan diri pada bercak-bercak tua.
            Faktor yang mempengaruhi penyakit : penyakit sangat bergantung pada ketahanan ubi kayu yang memiliki ketahan berbeda pada bercak coklat. Pada umumnya daun tua lebih rentan dari daun muda yang lebih tinggi letaknya.Tetapi pada jenis yang rentan, tangkai daun, bahkan buah yang muda sering ada serangan yang berat.Penyakit ini sangat dibantu oleh curah hujan dan suhu yang tinggi.
            Pengendalian : menanam jenis yang tahan, menanam tidak terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban pertanaman dan penyemprotan fungisida tembaga.



4.       Bercak Daun Baur (Cercospora viscosae Muller et Chupp. )
Bercak daun baur berasal dari daerah Brazilia, Kolombia dan Amerika Selatan. bercak daun baur ini belum menyebar secara luas di indonesia, tetapi hanya ada di Malang.
Gejala Serangan :  terdapat bercak pada daun dengan ukuran besar, berwarna coklat, tanpa batas yang jelas. Tiap bercak meliputi seperlima dari luas helaian daun atau lebih. Permukaan atas bercak berwarna coklat merata, tetapi dipermukaan bawah pusat bercak yang berwarna coklat ada keabu-abuan, karena adanya konidiofor dan konidium dari Cercospora viscosae.
Penyebab : bercak baur pada tanaman ubi kayu disebabkan oleh Cercospora viscosae Muller et Chupp. Jamur ini tidak membentuk stroma, tetapi membentuk spora secara merata. Konidiofor coklat kemerahan..konidifor coklat kemerahan tua 50 - 150 x 4 - 6 µm Membentuk berkas yang mirip koremium dan konidiumnya seperti gada terbalik silindris 25 - 100 x 4 - 6 µm.
Daur penyakit : Konidiumnya dipencarkan oleh angin dan serangga, meskipun angin memegang peranan yang lebih besar dalam pemencarannya. Jamur mengadakan penetrasi langsung dengan menembus permukaan lateral sel-sel epidermal, atau melalui mulut kulit. Infeksi dapat melalui dua sisi daun, tetapi yang paling banyak melalui epidermis atas (Kranz et al.1997 dalam Semangun, 1996.).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit : curah hujan, suhu dan kelembaban. Penyakit timbul pada musim hujan, tetapi gejalanya akan muncul pada musim panas. Suhu dan kelembaban yang rendah akan membuat penyebaran penyakit akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Ketahanan terhadap bercak daun memiliki korelasi dengan tebalnya jaringan palisade dan ukuran mulut kulit daun.Penyakit ini juga timbul akibat kekurangan magnesium. Pada umumnya penakit ini tidak menimbulkan kerugian, hanya terdapat pada daun tua, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan daun gugur.
Pengendalian : penanaman varietas tahan (seperti varietas Malang 2), pergiliran tanaman, pemakaian stek sehat (dilakukan strilisasi stek supaya bebas dari patogen), memotong bagian daun yang terserang, dan memakai Fungisida.

5.      Bercak Daun Phyllosticta (Phyllosticta spp.)
Di indonesia penyakit ini berada di Malang yang menyerang tunas dan menyebabkan mati ujung.
Gejala Serangan : terdapat bercak besar pada daun, berwarna coklat, biasanya dengan tepi yang kurang jelas. Bercak umumnya terdapat pada ujung daun, tepi helaian daun, sepanjang tulang tengah daun dan tulang daun yang besar. Permukaan atas bercak pertama terdiri dari cincin-cincin konsentris yang terbentuk oleh pikndium berwarna coklat. Bercak yang tua tidak memiliki cincin, karena piknidium yang masak tercuci oleh air hujan. Jika udara sangat lembab bercak dapat tertutp oleh hifa coklat kelabu. Pada permukaan bawah daun, tulang-tulang daun yang kcil sekitar bercak menjadi rusak dan membentuk garis-garis hitam yang memancar bercak. Bercak - bercak berkembang menjadi hawar daun, akhirnya seluruh daun dan tangkai menjadi coklat tua, layu dan rontok. Pada infeksi yang berat, jamur menyerang tunas yang masih muda dan menyebabkan mati ujung. Batang yang sakit berwarna coklat dan tertutup oleh piknidium.
Penyebab : Jamur ini banyak membentuk piknidium yang berwarna coklat tua, bulat dan membentuk kelompok kecil pada daun atau batang. Piknidium dengan garis tengah 100-170 µm , ostiol berukuran 15-20 µm, dindingnya terdiri dari sel-sel bersegi banyak. Konidiofor pendek, hialin, membentuk suatu konidium kecil 15-20 µm dan bersel satu.
Daur Hidup : Penyebaran penyakit ini melalui percikan air hujan, angin dan alat pertanian. Beratnya penyakit berkolerasi dengan kondisi lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan spora. Spora berkecambah paling baik pada suhu 20-25 ˚ C. bercak daun Phyllosticta banyak terdapat di tempat-tempat yang tinggi, atau dataran rendah selama musim hujan.
Pengendalian : pergiliran tanaman (mengganti dengan tanaman tebu), menanam varietas tahan, pemakaian stek yang sehat, memotong bagian tanaman yang sakit, dan memakai fugisida pada tanaman yang telah terinfeksi berat.


6.         Mozaik (Cassava Mozaic Virus/CMV)
Penyakit ini disebabkan oleh patogen berupa virus (CMV). Penyakit ini merupakan penyakit penting pada tanaman ubi kayu. Dengan gejalanya yaitu pada tanaman sakit terdapat bercak-bercak klorosis yang jelas dan daun sering mengalami malformasi yang berat. Tanaman yang sakit terhabat pertumbuhannya. Menurut Suseno dan Sri Andani (1975), menyatakan penyakit ini tidak dapat ditularkan secara mekanis, penularan dapat dilakukan apabila tanaman sakit dan tanaman sehat bersentuhan. Meskipun belum diketahui bahwa penyakit ini menimbulkan kerugian namun di afrika penyakit mozaik ubi kayu disebabkan oleh Ruga bemisia Holmes atau Manihot virus 1, virus dapat ditularkan oleh lalat putih Bemisia sp. mungkin juga B. nigerensis Corb dan B. Tabaci Genn. Pada suhu rendah gejala serangan akan terlihat jelas.
Pengendaliannya ialah dengan penanaman varietas tahan, penanaman stek yang sehat dan terbebas virus, membinasakan tanaman yang terinfeksi.
Gambar tanaman terserang mozaik

IV.    KESIMPULAN
Adapun yang dapat disimpulkan oleh penulis ialah sebagai berikut :
1.      Penyakit penting yang paling sering menyerang tanaman ubi kayu dapat disebabkan oleh patogen cendawan, bakteri dan virus.
2.      Penyakit yang sering menyerang pada tanaman ubi kayu yang disebabkan cendawan yaitu Bercak Coklat (Cercosporidium henningsii Allesh.) Deighton, Bercak Daun Baur (Cercospora viscosae Muller et Chupp. ) dan Bercak Daun Phyllosticta (Phyllosticta spp.)
3.      Penyakit yang sering menyerang pada tanaman ubi kayu yang disebabkan bakteri yaitu Hawar Bakteri (Xanthomonas campestris pv. Manihotis Berthet. ) dan Layu Bakteri ( Pseudomonas sonacearum Smith. 1896).
4.      Pengendalian yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit pada tanaman ubi kayu ialah :
a.       Penggunaan varietas/klon tahan sebagai bahan tanam.
b.      Selalu menggunakan stek yang sehat dan terbebas penyakit (bersertifikat).
c.       Sanitasi kebun untuk menjaga lingkungan tidak mendukung perkembangan patogen penyakit dan memusnahkan tanaman inang.
d.      Pemusnahan tanaman yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Maya Rohmawati. 2005. studi komperatif penyebab bercak daun pada tembakau (cercospora nicotianae) dengan cercospora asal ubi kayu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Jember
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press; Yogyakarta
Semangun, HPengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press. Tahun 1996 .
Semangun, HPenyakit-Penyakit Tanaman Pangan. Diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press. Tahun 1996.
Sudir, D.I. Yuliani, A. Faizal, dan A. Yusuf. 2012. Pemetaan patotipe Xanthmonas oryzae pv. oryzae, penyebab penyakit hawar daun bakteri padi di sentra produksi padi di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Lap. Hasil Penelitian Th. 2012. Balai Besar Peneltian Tanaman Padi. 53p.
Reddy R. and Shang-Zhi Y. 1989. Survival of Xanthomonas campestris pv. oryzae, the causal organism of bacterial blight. in Bacterial Blight of Rice. IRRI. pp.65-78.




4 komentar:

  1. Dafpusnya mas tolong d cantumin semuanya :)

    BalasHapus
  2. Hi Selamat pagi guys, Masih Bingung Dan Ragu Pilih Agen Poker & DominoQQ Yang Terpercaya?
    PIN BB : D61E3506
    👉 Whatsapp : +85598249684
    👉 Line : Sinidomino
    dewa poker

    BalasHapus