INFESTASI PENGGEREK BUAH KAKAO
INFESTASI
PENGGEREK BUAH KAKAO DI PERKEBUNAN KAKAO
SWASTA PT WAY SEBAYUR, PROVINSI BENGKULU DAN PENGENDALIANNYA
INFESTATION OF
COCOA POD BORER ON PRIVATE CACAO PLANTATION OF WAY SEBAYUR, BENGKULU PROVINCE
AND THEIR CONTROL
Teddy Suparno
Program Studi
IHPT Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
ABSTRACT
Cocoa pod borer
(Conopomorpha cramerella Snellen) has
known as a primary insect pest on cacao plantation and caused much yield loss.
This pest was newly enter into cacao plantation in Bengkulu Province. Objective of the research was to know early
infestation of cocoa pod borer and effect of their attacks on Private Cacao
Plantation of Way Sebayur, North Bengkulu.
The result showed that early attack of cocoa pod borer (CPB) occurred in
July 1997, that is, on the location of Talang Tirta (1.20%) and Bukit Permai
plantation (0.80%). Later, higher
attacks of CPB occurred in August and September 1997 that is in five locations
with damage level between 0.10 and
11.30%, and 7 locations with damage level between 0.05 and 7.90%, respectively. The control by
rampassen with pick up all the pod in November 1997 was successfully to
eliminate the cocoa pod borer until April 1999. The attack was occur again in May 1999, with
higher both the areal and level of the attack, that is 10 locations with level
of attack between 0.10 and 10.2%. While, cacao plantation estate in Seluma not
yet attack by CPB to present. The control could be apply are early pick up the
pods, used the resistant clones for juvenilization, and spraying by synthetic.
ABSTRAK
Penggerek buah
kakao (Conopomorpha cramerella
Snellen) merupakan hama utama tanaman kakao dan paling banyak menyebabkan
kehilangan hasil. Hama itubarusajadiketahuimasuk di
Provinsi Bengkulu.
Tujuanpenelitianiniadalahuntukmengetahuiinfestasiawal PBK dan kerusakan
yang diakibatkannya di perkebunankakaomilik PT. WaySebayur.
HasilnyamenunjukkanbahwaawalseranganterjadipadabulanJuli 1997, yaitu di
lokasiTalangTirta (1,20%) dan BukitPermai (0,80%). Serangan PBK itu
meningkat pada bulan Agustus dan September masing-masing adalah lima
lokasi yang terserang PBK dengan tingkat serangan 0,10 - 11,30%, dan 7 lokasi
(0,05-7,90%). Terjadi penurunan tingkat serangan pada bulan Oktober 7 lokasi
(0,11 - 4,45%, dan bulan November 1997 terdapat 7 lokasi (0,422 - 3,42%).
Pengendalian dengan merampas seluruh buah pada bulan November 1997 berhasil
membebaskan dari serangan PBK hingga April 1999. PadabulanMei 1999 terjadiinfestasiulang. Serangan PBK padabulanJuli 1999
lebihluasdibandingkandenganseranganpadatahun 1997, yaitu 10
lokasidengantingkatserangan 0,10 -10,2%.
Sedangseluruhlokasi di Kebun (estate) Seluma, Bengkulu Selatan, masihbebas dari serangan PBK.
Carapengendalian yang dapatditerapkanadalahpetikdini, menggunakanklontahan PBK
untukperemajaan dan insektisidapiretroidsintetik.
PENDAHULUAN
Dalampengembangantanamankakaoselalumendapatkankendalaseranganhama
dan penyakit. Sampaitahun 1993, yang menjadihamautamatanamankakao di Propinsi
Bengkulu adalahkepikpenghisapbuahkakaoHelopeltistheivora theobromaesama yang berada di Sabah, Malaysia.
SejakSeptember 1994 ditambahlagimasalahhama,
yaitumasuknyapenggerekbuahkakao (PBK). Hama
PBK itutelahdiketahuisebagaihamapentingpadapertanamankakao di Filipina,
Sulawesi Utara, MalukuUtara, Jawa, Sumatera Utara, dan Sabah (Malaysia).
Akibatserangan PBK dapatmenurunkanproduksisampai 80% dankerusakanbijisampai
82%, sehinggaditakutiolehpetani dan pengusahaperkebunankakao.
Kerusakan yang
ditimbulkanolehlarva PBK beruparusaknyabiji, mengeriputnyabiji dan
timbulnyawarnagelappada kulit biji (Sahputra, 1989). Hal ituberartiturunnyaberat dan
mutuproduk. Kerugian yang
disebabkanoleh PBK merupakanresultante dari turunnyaberat dan
mutuproduksertameningkatnyabiayapanenkarenapemisahanbijisehat dari biji yang
rusakmemerlukanwaktu lama.
Untukmengetahuikerusakanbuahkakaoakibatserangan PBK
makabuahharusdikupas.
Hama PBK yang telahmasuk di
pertanamankakao di Bengkulu dan barudiketahuimenyerangtanamankakao di
PerkebunanKakaomilik PT. Waysebayur pada awal tahun ini. Untuk melakukan tindakan pengendalian yang
efektif dan efisien di Perkebunan tersebut diperlukan data luas serangan dan
beratnya serangan melalui pengamatan ke seluruh afdeling yang ada.
Dalam kehidupan tanaman kakao, sejarah hidup dan
kesinambungan generasi PBK dapat digambarkan sebagai berikut. Telur berwarna kuning jingga berbentuk
lonjong pipih dan berukuran 0.5 mm x 0.3 mm, diletakkan satu per satu oleh
ngengat betina pada alur-alur permukaan buah (Entwistle, 1985), terutama buah
yang telah berukuran panjang di atas 8 cm, dan tidak pada bagian lainnya. Enam-tujuh hari kemudian larva berwarna
kekuningan yang panjangnya 1 mm keluar dari telur, langsung menggerek kedalam
buah dan tetap tinggal di dalam buah sampai menjelang berkepompong. Larva
membuat liang gerekan di bawah kulit buah dan di antara biji serta memakan
daging buah. Pada buah yang relatif muda
hal itu menyebabkan biji melekat pada kulit buah dan melekat satu sama lain,
sedang pada buah matang tidak menimbulkan kerusakan berarti pada biji tapi
dapat menurunkan mutu biji. Gerekan
pada buah muda menyebabkan biji tidak berkembang, lebih-lebih apabila terjadi
perusakan pada saluran makanan yang menuju biji (Wardojo, 1984). Telur jarang diletakkan pada buah yang sangat
muda. Apabila hal itu terjadi, larva PBK
biasanya banyak yang mati atau tidak berkembang baik. Serangan larva PBK pada
buah bagian anterior akan menyebabkan kerusakan lebih serius terhadap
perkembangan biji atau bahkan menyebakan pembusukan (Lim, 1984). Ia mene-mukan buah yang terinfeksi lebih dari
60 ekor larva per buah. Ketika buah terserang
pada saat masih muda, akan memutus perkembangan biji secara fisiologik dengan
pelukaan jaringan translokatori dan menghasilkan prematur dan pembusukan.
Tetapi jika serangan PBK pada buah selama proses pema-tangan dengan biji telah
terbentuk sempurna tidak akan mempengaruhi hasil (larva jarang merusak
integumen biji), tetapi dapat mempengaruhi mutu biji.
Setelah 15-18 hari di dalam buah, larva di dalam buah,
larva yang mencapai ukuran panjang 10-11 mm dan berwarna hijau pucat, membuat
liang gerekan keluar, melekat pada permukaan buah atau menjatuhkan diri pada
daun segar atau kering di atas tanah, lalu membuat kokon yang berwarna kuning
coklat berukuran 18 mm x 8 mm dan hari berikut-nya berubah menjadi
kepompong. Enam sampai delapan hari
kemudian ngengat keluar dari kepom-pong,
Ngengat bertubuh ramping dan lembut, panjang tubuhnya 7 mm dan rentangan
sayapnya 12 mm. Perkembangan PBK sejak
diletakkan sebagi telur sampai mencapai stadium dewasa memerlukan waktu 27-33
hari (Wardojo, 1984). Menurut Lim (1984)
keperidian ngengat betina PBK dapat mencapai 200 telur per betina, sedang yang
diperkirakan Roepke (1912) keperidian PBK hanya mencapai 100 telur per
betina. Ngengat hanya aktif pada malam
hari selama beberapa jam saja sejak matahari terbenam. Pada siang hari, ngengat berada di tempat
teduh dan sering terdapat pada bagian bawah cabang horizontal, berdiri dengan
arah tegak lurus pada arah sumbu cabang tersebut.
Setiap buah kakao dapat menunjang ke-hidupan PBK dari
satu sampai tiga generasi. Lim (1984)
dari hasil percobaan yang menggunakan 225 buah kakao, menemukan 72% menunjang
satu generasi, 20.8% buah (dua generasi) dan 7.11% buah (tiga generasi).
Diperkirakan bahwa faktor penentu utama naik turunnya
tingkat populasi PBK adalah banyaknya buah yang berumur sedang. Pe-ngumpulan serentak buah dari berbgai
ukuran menunjukkan tingkat serangan PBK berturut-turut 108 (1%) dari 11 000
buah berukuran 7-10 cm, 665 (12%) dari 5500 buah berukuran 10-12 cm, dan 1580 (45%) dari 3500 buah
berukuran 12-15 cm (Zehntner, 1902 b dalam Wardojo, 1984). Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa
banyaknya larva per buah me-ningkat dari 6-8 ekor pada awal periode panen
menjadi 30-40 ekor pada akhir periode panen (Zehntner, 1902c dalam Wardojo,
1984).
Kerugian yang disebabkan oleh PBK merupakan resultante
dari turunnya berat dan mutu produk serta meningkatnya biaya panen karena
pemisahan biji sehat dari biji yang rusak memerlukan waktu lama.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui awal
infestasi dan tingkat serangan serta perluasan infestasi PBK di perkebunan
besar swasta kakao di PT. Way Sebayur.
BAHAN DAN
METODE
Pengamatan dilakukan di pertanaman kakao yang sudah
berbuah di PT. Way Sebayur, yaitu di Kebun Ketahun I yang terdiri atas 6 lokasi
yaitu Air Terjun, Bukit Citra, Lestari, Tanjung Harapan, Serangai, Bukit
Merawan, Ketahun II yang terdiri atas 6 lokasi yaitu Bukit Barisan, Riak
Ngarai, Tanjung Tirta, Bukit Permai, Batu
Ampar (Bengkulu Utara) dan Seluma yang terdiri atas 4 lokasi yaitu Air
Karas, Air Asam, Air Tumbuan, Padang Bajak (Bengkulu Selatan). Pengamatan dilakukan dari bulan April 1997
sampai dengan Juli 1999. Pada setiap 20 ha diambil satu hektar secara acak
untuk pengamatan buah terserang. Setiap
hektar tanaman kakao yang diamati diambil contoh sebanyak 50 batang secara
diagonal. Selanjutnya diambil 5 buah yang telah masak fisiologis per pohon
contoh dan dikupas untuk mengamati buah yang terserang PBK. Buah kakao yang
terserang ditandai dengan warna agak jingga atau pucat kepu-tihan, buah menjadi
lebih berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan
dinding buah. Bila buah dikupas akan kelihatan biji lengket satu dengan
lainnya. Persentase buah terserang
dihitung dengan cara membagi jumlah buah yang terserang dibagi dengan semua
jumlah buah yang diamati dikalikan seratus persen.
Tingkat serangan dapat dikategorikan berda-sarkan
ikatan biji kakao dan kulit buah yaitu dikelompokkan dalam tiga tingkat,
infestasi ringan, sedang dan berat.
Infestasi ringan jika daging buah sedikit rusak dan sebagian besar biji
yang dihasilkan dalam kondisi baik, infestasi sedang jika sebagian plasenta mengalami pengerasan
dengan 50% biji tidak dapat dimanfaatkan, dan infestasi berat atau tinggi jika
semua daging buah mengalami pengerasan
tanpa biji berkondisi baik atau tidak ada biji yang dapat dimanfaatkan
(Lim, 1984).
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Buah kakao yang mendapatkan serangan PBK terus
dapat berkembang seolah-olah tidak terjadi serangan, sehingga buah yang
terserang tidak ada perbedaan dengan buah kakao yang sehat. Gejala baru tampak dari luar setelah matang
di musim panen, buah kakao yang terserang berwarna agak jingga atau pucat
keputihan, buah menjadi lebih berat dan bila diguncang tidak terdengar suara
ketukan antara biji dengan dinding buah. Hal itu te\jadi karena timbulnya
lendir dan kotoran pada daging buah dan rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK
disebabkan oleh enzim hekso-kinase, malat dehidrogenase, fluorescent esterase dan enzim malat polimorfisme yang disekresikan
oleh PBK (Tan et al., 1988).
Kerusakan yang
ditimbulkan oleh larva PBK berupa rusaknya biji, mengeriputnya biji dan
timbulnya warna gelap pada kulit biji (Sahputra, 1989). Hal itu berarti turunnya berat dan mutu
produk. Kerugian yang disebabkan oleh
PBK merupakan resultante dari turunnya berat dan mutu produk serta meningkatnya
biaya panen karena pemisahan biji sehat dari biji yang rusak memerlukan waktu
lama.
Sesuai dengan ukuran tubuh yang kecil dan lembut, daya
pencar PBK sangat terbatas. Penyebaran
sampai jarak jauh hanya dapat terjadi secara pasif, yaitu sebagai larva di
dalam buah atau sebagai kepompong pada permukaan buah atau bahan tanaman lain
yang terbawa keluar dari tempat sumber hama. Dari studi pustaka dapat diketahui
bahwa masalah hama PBK mula-mula timbul di tanaman kakao di Filipina sekitar
tiga abad yang lalu, kemudian di Sulawesi Utara
pada tahun 1841 atau jauh sebelumnya, sedang di Jawa Tengah baru pada
tahun 1895 (Wardojo, 1980). Hal itu
terjadi sejalan dengan pengiriman bahan tanaman kakao Criollo berulang kali,
terutama berupa biji di dalam buah kakao dari Filipina ke Sulawesi utara,
kemudian ke Maluku dan Jawa. Penyebaran
ke bagian Indonesia lainnya, yaitu Jawa Timur (1901), Jawa Barat (1956),
Sumatera Utara (1957), diperkirakan sejalan dengan penyebaran bahan tanaman
berupa klon Djati Roenggo (DR) dari Jawa Tengah sejak akhir abad lalu. Pemasukan buah kakao yang sebagian mungkin
mengandung PBK kedalam pertanaman yang telah berproduksi, di masa yang lalu dilakukan
dalam rangka perluasan areal pertanaman (periode penyebaran Criollo) dan dalam
rangka penanaman kakao berpotensi produksi tinggi dan tahan terhadap penyakit
(periode penyebaran klon DR dan klon lain).
Dari kasus yang diketahui sampai sekarang, infestasi PBK di suatu kebun
biasanya didahului oleh pemasukan bahan tanaman yang berasal dari sumber
hama. Diperkirakan bahwa hal itu juga
terjadi di Sabah yang mengalami infestasi PBK sejak Oktober 1980 (Wardojo, 1984), dan di Bengkulu yang mengalami infestasi PBK
sejak September 1994. PBK masuk di Bengkulu pada bulan September 1994 di Kebun
Kakao Pino Bengkulu Selatan milik PTPN VII Pino seluas 14 hektar.
Dari hasilpengamataninfestasi PBK
di PT. Way Sebayur menunjukkan bahwa awal infestasi terjadi pada bulan Juli
1997. Pada bulan itu hanya ada dua
lokasi kebun yang terserang yaitu di lokasi Talang Tirta dengan tingkat
serangan sangat rendah (1,20%) dan Bukit Permai (0,80%). Kemudian meningkat
pada bulan Agustus dan September masing-masing adalah lima lokasi yang
terserang PBK dengan tingkat serangan 0,10 - 11,30%, dan 7 lokasi (0,05-7,90%).
Kemudian tingkat serangan menurun tetapi lokasi serangan tetap, yaitu pada
bulan Oktober 7 lokasi (0,11 - 4,45%, dan pada bulan November 1997 terdapat 7
lokasi (0,42 - 3,42%) (Tabel 1).
Tabel
1.
|
Infestasi PBK di Perkebunan Kakao PT Way Sebayur periode bulan Juli -
November 1997
|
||||||||
Lokasi
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
||||
Kebun
|
Lokasi
|
......................................... %
.....................................
|
|||||||
I
|
1. Air Terjun
2.
BukitCitra
3.
Lestari
4.
TanjungHarapan
5.
Serangai
6.
Bukit Barisan
|
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
|
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,10
|
0,17
0,00
0,00
0,38
0,42
0,26
|
0,48
0,00
0,00
0,48
0,38
0,11
|
0,92
0,00
0,00
0,98
1,10
0,42
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|||
II
|
1.
TalangTirta
2.
Urai
3.
Batu ampar
4.
BukitPermai
5.
RiakNgarai
|
1,20
0,00
0,00
0,80
0,00
|
2,60
0,00
0,30
0,10
11,30
|
2,49
0,00
0,05
0,83
7,90
|
2,11
0,00
0,15
0,85
4,45
|
1,60
0,00
0,00
0,60
3,40
|
|||
Pada kemaraupanjangtahun 1997 yaitupadabulanNovember
di mana hanya ada 1 - 5 buah per pohon, dilakukanpengendaliandenganrampasanbuah.
Pengendaliandenganmerampasseluruhbuahituberhasilmembebaskankebun dari serangan
PBK hingga April 1999.
Semuladipercayabahwadenganmerampasseluruhbuah, denganmaksudtidak ada
buahuntuktempatbertelur dan untukperkembanganlarvadapatmemusnahkan PBK dari
kebuntersebut. Namunpadatahun 1999
terjadiinfestasiulang, bagaimanaituterjaditidakdiketahuidenganjelas.
Hasilpengamatan yang
dilakukanpadabulanJuli 1999 menunjukkanbahwaserangan PBK
lebihluasdibandingkandenganseranganpadatahun 1997, yaitu 10 lokasidengantingkatserangan
0,1-10,2% (Tabel 2).
Sedangseluruhlokasi di Kebun (estate) Seluma, Bengkulu Selatan, masihbebas dari serangan PBK.
Kerusakan yang
ditimbulkanolehlarva PBK beruparusaknyabiji, mengeriputnyabiji dan
timbulnyawarnagelappada kulit biji. Hal
ituberartiturunnyaberat dan mutuproduk.
Adanyaserangan PBK ituharusdilakukanpengendalian agar
tidakterjadipeningkatanbaikluasanmaupuntingkatserangan.
Apabilatidakdilakukanpengen-daliantidakmustahil akan
terjadipenurunanhasil yang semakinbanyakseperti yang pernahterjadi di
KebunSemugih-PesantrenJawaTengah.
Penurunanberatbijikakao per tahunselamaempattahun (1976-1979)
berturut-turut di Kebunitudapatmencapai 60,0% (-20 ton), 80,2% (-33,5 ton),
79,7% (-35,4 ton) dan 84.3% (-43,8 ton) (Wardojo, 1984).
PenggerekbuahkakaoConopomorphacramerellaadalahspesiesasliAsiaTenggara
yang hiduppadarambutan (Nepheliumlappaceum
L., Sapindaceae) dan namnam (Cynometracauliflora
L., Leguminosae). Adanyaintroduksitanamankakaooleh orang Spanyol dari
MeksikokeFilipinapadapertengahanabad 16, PBK
beradaptasipadatanamankakaotersebutsebagaiinangbaru. Larva PBK jugaditemukanpada Cola (Cola nitida, Sterculiaceae),
tanamanintroduksi dari Afrika. Di KawasanKerkapterdapatbanyaktanamanrambutan
yang mempunyaipertumbuhanbaik dan berbuahlebat.
DikhawatirkanjikaterjadiseranganConopomorphacramerellapadatanamanrambutan
akan menjadisumberseranganbagipertanamankakao di sekitarnya. Kekhawatiranini
ti-dakperlu ada, karena PBK yang menyerangtanamanrambutan dan kakaoberbedasecra
ras biologi (Wardojo, 1999).
Tabel 2. Serangan PBK di Perkebunan Kakao PT Way
Sebayur selama bulan Juli 1999
No.
|
Kebun
|
Divisi
|
Contoh buah
|
Buah
terserang
|
Persentase
|
|
1.
|
Ketahun I
|
Air Terjun
Bukit Citra
Lestari
Tanjung Harapan
Serangai
Bukit Merawan
|
1.394
563
685
726
9295
868
|
106
37
15
74
8
32
|
7,6
6,6
2,2
10,2
0,9
3,7
|
|
|
|
Jumlah
|
5.165
|
272
|
5,3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Ketahun II
|
Bukit Barisan
Riak Ngarai
Tanjung Tirta
Bukit Permai
Batu Ampar
|
1.246
865
1.205
799
300
|
54
36
22
1
0
|
4,3
4,2
1,8
0,1
0
|
|
|
|
Jumlah
|
4.415
|
113
|
2,6
|
|
3.
|
Seluma
|
Air Karas
Air Asam
Air Tumbuan
Padang Bajak
|
1.575
1.645
375
100
|
0
0
0
0
|
0
0
0
0
|
|
|
|
Jumlah
|
3.695
|
0
|
0
|
|
Rendahnya tingkat serangan di Lokasi-lokasi kebun
kakao di PT. Way Sebayur karena pada kebun itu dilakukan eradikasi dengan
cara rampasan, pangkasan cabang atau
pembuangan bunga.
Sebaiknya dilakukan pengendalian dengan petik dini,
yaitu setiap minggu memetik buah kakao yang mulai masak. Setelah pecah buah,
kulit buah yang terserang dibenam. Tindakan ini dikombinasikan dengan pembersihan
serasah daun. Melakukan penyemprotan insektisida piretroid sintetik setiap dua
minggu, diarahkan pada buah, cabang dan batang.
Untuk kebun yang masih bebas dari PBK seperti kebun
kakao desa Serumbung perlu mengambil langkah sebagai berikut. Melakukan
pengamatan kualitatif pada waktu pecah buah untuk
mengetahui ada tidaknya gejala serangan PBK. Apabila ditemukan gejala serangan
segera melapor ke Dinas Perkebunan atau ke Laboratorium Proteksi Universitas
Bengkulu. Dalam kondisi seperti sekarang
tindak lanjut berupa eradikasi tidak dibenarkan apabila ada peluang terjadi
serangan ulang dari luar. Eradikasi dengan cara rampasan, pangkasan cabang atau
pembuangan bunga dianggap sebagai pengorbanan hasil yang terlalu besar.
Seharusnya petani atau pengusaha melarang pedagang pengumpul masuk kebun dengan
kendaraan dan wadah bekas yang mungkin mengandung kepompong PBK.
Untuk peremajaan harus digunakan klon yang tahan
terhadap PBK, misalnya klon PA7, UA37, dan LAFI7 serta tipe Amelonado.`
KESIMPULAN
InfestasiawalterjadipadabulanJuli
1997, yaitu di lokasiTalangTirta (1,20%) dan BukitPermai (0,80%).
Kemudianmeningkatpadabulanberikutnyayaitu lima lokasi yang terserang PBK
dengantingkatserangan 0,10-11,30% padabulanAgustus, dan 7 lokasi (0,05-7,90%)
padabulanSeptember 1997. PengendaliandenganmerampasseluruhbuahpadabulanNovember
1997 berhasilmembebaskan dari serangan PBK hinggapertengahantahun 1999. PadabulanMei 1999
terjadiinfestasiulang. Serangan PBK
padabulanJuli 1999 lebihluasdibandingkandenganseranganpadatahun 1997, yaitu 10
lokasidengantingkatserangan 0,10 - 10,2%.
Sedangseluruhlokasi di Kebun (estate) WaySebayur di Seluma, Bengkulu
Selatan, masihbebas dari serangan PBK.
Carapengendalian yang dapatditerapkanadalahrampasanbuah di luarmusimbuahutama,
petikdini, menggunakanklontahan PBK untukperemajaan dan
insektisidapiretroidsintetik.
Melarangpedagangpengumpulmasukkebundengankendaraan dan wadahbekas yang
mungkinmengandungkepompong PBK.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997.
Lima tahun penelitian dan pengembangan pertanian 1992-1996. Menyongsong Era Globalisasi.
Bradley, J. D. 1986. Identity of the South-East Asian
cocoa moth, Conopomorpha crame-rella
(Snellen) (Lepidoptera: Gracilariidae), with descriptions of three allied new
species. Bull. Ent. Res. 76: 41-51.
Entwistle, P. F. 1972. Pests of cocoa. Longman Group
Ltd., London. 778 pp.
Lim, G. T. 1984 b. The behavioural studies on cocoa
pod borer Acrocercops cramerella Snellen.
9th International Cocoa Research Conference, Togo. (1984): 539-542.
Suparno, T. 1990. Konsepsi penanggulangan penggerek
buah kakao di Provinsi Bengkulu. Seminar
Penanggulangan OPT Penggerek Buah Kakao di Provinsi Bengkulu Tanggal 1 Agustus
1999. Disbun Dati I Bengkulu. 9 hal.
Tan, S. G, Muhamad, R., Gan, Y. Y. dan Rita, M. 1988.
Hexokinase, malate dehydrogenase, fluorescent esterase and malic enzyme
poly-morphisms in the cocoa pod borer, Conopomorpha
cramerella Sn.. Pertanika 11: 7-13.
Wardojo, S. 1984. Kemungkinan pembebasan Maluku Utara
daripada masalah penggerek buah cokelat, Acrocercops
cramerella Sn. Menara Perkebunan 52: 57-64.
___________ dan Moersamdono. 1984. Kantung plastik
untuk melindungi buah cokelat dari serangan Acrocercops
cramerella Snellen. Menara Perkebunan 52: 77-83
__________. 1992. Kemungkinan pembebasan Maluku Utara
daripada masalah penggerek buah cokelat, Acrocercops
cramerella Sn. Menara Perkebunan 52: 57-64.
Tidak ada komentar: