Slide show

I want I can. Gambar tema oleh enot-poloskun. Diberdayakan oleh Blogger.

INFESTASI PENGGEREK BUAH KAKAO



INFESTASI PENGGEREK BUAH KAKAO DI PERKEBUNAN  KAKAO SWASTA PT WAY SEBAYUR, PROVINSI BENGKULU DAN PENGENDALIANNYA
INFESTATION OF COCOA POD BORER ON PRIVATE CACAO PLANTATION OF WAY SEBAYUR, BENGKULU PROVINCE AND THEIR CONTROL
Teddy Suparno
Program Studi IHPT Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
ABSTRACT
Cocoa pod borer (Conopomorpha cramerella Snellen) has known as a primary insect pest on cacao plantation and caused much yield loss. This pest was newly enter into cacao plantation in Bengkulu Province.  Objective of the research was to know early infestation of cocoa pod borer and effect of their attacks on Private Cacao Plantation of Way Sebayur, North Bengkulu.  The result showed that early attack of cocoa pod borer (CPB) occurred in July 1997, that is, on the location of Talang Tirta (1.20%) and Bukit Permai plantation (0.80%).  Later, higher attacks of CPB occurred in August and September 1997 that is in five locations with damage level between 0.10  and 11.30%, and 7 locations with damage level between  0.05 and 7.90%, respectively. The control by rampassen with pick up all the pod in November 1997 was successfully to eliminate the cocoa pod borer until April 1999.   The attack was occur again in May 1999, with higher both the areal and level of the attack, that is 10 locations with level of attack  between 0.10 and 10.2%.   While, cacao plantation estate in Seluma not yet attack by CPB to present. The control could be apply are early pick up the pods, used the resistant clones for juvenilization, and spraying by synthetic.  
ABSTRAK
Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella Snellen) merupakan hama utama tanaman kakao dan paling banyak menyebabkan kehilangan hasil.  Hama itubarusajadiketahuimasuk di Provinsi Bengkulu.  Tujuanpenelitianiniadalahuntukmengetahuiinfestasiawal PBK dan kerusakan yang diakibatkannya di perkebunankakaomilik PT. WaySebayur. HasilnyamenunjukkanbahwaawalseranganterjadipadabulanJuli 1997, yaitu di lokasiTalangTirta (1,20%) dan BukitPermai (0,80%). Serangan PBK itu  meningkat pada bulan Agustus dan September masing-masing adalah lima lokasi yang terserang PBK dengan tingkat serangan 0,10 - 11,30%, dan 7 lokasi (0,05-7,90%). Terjadi penurunan tingkat serangan pada bulan Oktober 7 lokasi (0,11 - 4,45%, dan bulan November 1997 terdapat 7 lokasi (0,422 - 3,42%). Pengendalian dengan merampas seluruh buah pada bulan November 1997 berhasil membebaskan dari serangan PBK hingga April 1999.   PadabulanMei 1999 terjadiinfestasiulang.  Serangan PBK padabulanJuli 1999 lebihluasdibandingkandenganseranganpadatahun 1997, yaitu 10 lokasidengantingkatserangan 0,10 -10,2%.   Sedangseluruhlokasi di Kebun (estate) Seluma, Bengkulu Selatan,  masihbebas dari serangan PBK. Carapengendalian yang dapatditerapkanadalahpetikdini, menggunakanklontahan PBK untukperemajaan dan insektisidapiretroidsintetik.
PENDAHULUAN
Dalampengembangantanamankakaoselalumendapatkankendalaseranganhama dan penyakit. Sampaitahun 1993, yang menjadihamautamatanamankakao di Propinsi Bengkulu adalahkepikpenghisapbuahkakaoHelopeltistheivora theobromaesama yang berada di Sabah, Malaysia.  SejakSeptember 1994 ditambahlagimasalahhama, yaitumasuknyapenggerekbuahkakao (PBK).  Hama PBK itutelahdiketahuisebagaihamapentingpadapertanamankakao di Filipina, Sulawesi Utara, MalukuUtara, Jawa, Sumatera Utara, dan Sabah (Malaysia). Akibatserangan PBK dapatmenurunkanproduksisampai 80% dankerusakanbijisampai 82%, sehinggaditakutiolehpetani dan pengusahaperkebunankakao.
Kerusakan yang ditimbulkanolehlarva PBK beruparusaknyabiji, mengeriputnyabiji dan timbulnyawarnagelappada kulit biji (Sahputra, 1989).  Hal ituberartiturunnyaberat dan mutuproduk.   Kerugian yang disebabkanoleh PBK merupakanresultante dari turunnyaberat dan mutuproduksertameningkatnyabiayapanenkarenapemisahanbijisehat dari biji yang rusakmemerlukanwaktu lama.   Untukmengetahuikerusakanbuahkakaoakibatserangan PBK makabuahharusdikupas.
Hama PBK yang telahmasuk di pertanamankakao di Bengkulu dan barudiketahuimenyerangtanamankakao di PerkebunanKakaomilik PT. Waysebayur pada awal tahun ini.  Untuk melakukan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien di Perkebunan tersebut diperlukan data luas serangan dan beratnya serangan melalui pengamatan ke seluruh afdeling yang ada.
Dalam kehidupan tanaman kakao, sejarah hidup dan kesinambungan generasi PBK dapat digambarkan sebagai berikut.  Telur berwarna kuning jingga berbentuk lonjong pipih dan berukuran 0.5 mm x 0.3 mm, diletakkan satu per satu oleh ngengat betina pada alur-alur permukaan buah (Entwistle, 1985), terutama buah yang telah berukuran panjang di atas 8 cm, dan tidak pada bagian lainnya.  Enam-tujuh hari kemudian larva berwarna kekuningan yang panjangnya 1 mm keluar dari telur, langsung menggerek kedalam buah dan tetap tinggal di dalam buah sampai menjelang berkepompong. Larva membuat liang gerekan di bawah kulit buah dan di antara biji serta memakan daging buah.  Pada buah yang relatif muda hal itu menyebabkan biji melekat pada kulit buah dan melekat satu sama lain, sedang pada buah matang tidak menimbulkan kerusakan berarti pada biji tapi dapat menurunkan mutu biji.   Gerekan pada buah muda menyebabkan biji tidak berkembang, lebih-lebih apabila terjadi perusakan pada saluran makanan yang menuju biji (Wardojo, 1984).  Telur jarang diletakkan pada buah yang sangat muda.  Apabila hal itu terjadi, larva PBK biasanya banyak yang mati atau tidak berkembang baik. Serangan larva PBK pada buah bagian anterior akan menyebabkan kerusakan lebih serius terhadap perkembangan biji atau bahkan menyebakan pembusukan (Lim, 1984).  Ia mene-mukan buah yang terinfeksi lebih dari 60 ekor larva per buah.  Ketika buah terserang pada saat masih muda, akan memutus perkembangan biji secara fisiologik dengan pelukaan jaringan translokatori dan menghasilkan prematur dan pembusukan. Tetapi jika serangan PBK pada buah selama proses pema-tangan dengan biji telah terbentuk sempurna tidak akan mempengaruhi hasil (larva jarang merusak integumen biji), tetapi dapat mempengaruhi mutu biji.
Setelah 15-18 hari di dalam buah, larva di dalam buah, larva yang mencapai ukuran panjang 10-11 mm dan berwarna hijau pucat, membuat liang gerekan keluar, melekat pada permukaan buah atau menjatuhkan diri pada daun segar atau kering di atas tanah, lalu membuat kokon yang berwarna kuning coklat berukuran 18 mm x 8 mm dan hari berikut-nya berubah menjadi kepompong.  Enam sampai delapan hari kemudian ngengat keluar dari kepom-pong,  Ngengat bertubuh ramping dan lembut, panjang tubuhnya 7 mm dan rentangan sayapnya 12 mm.  Perkembangan PBK sejak diletakkan sebagi telur sampai mencapai stadium dewasa memerlukan waktu 27-33 hari (Wardojo, 1984).  Menurut Lim (1984) keperidian ngengat betina PBK dapat mencapai 200 telur per betina, sedang yang diperkirakan Roepke (1912) keperidian PBK hanya mencapai 100 telur per betina.  Ngengat hanya aktif pada malam hari selama beberapa jam saja sejak matahari terbenam.  Pada siang hari, ngengat berada di tempat teduh dan sering terdapat pada bagian bawah cabang horizontal, berdiri dengan arah tegak lurus pada arah sumbu cabang tersebut. 
Setiap buah kakao dapat menunjang ke-hidupan PBK dari satu sampai tiga generasi.  Lim (1984) dari hasil percobaan yang menggunakan 225 buah kakao, menemukan 72% menunjang satu generasi, 20.8% buah (dua generasi) dan 7.11% buah  (tiga generasi).
Diperkirakan bahwa faktor penentu utama naik turunnya tingkat populasi PBK adalah banyaknya buah yang berumur sedang.  Pe-ngumpulan serentak buah dari berbgai ukuran menunjukkan tingkat serangan PBK berturut-turut 108 (1%) dari 11 000 buah berukuran 7-10 cm, 665 (12%) dari 5500 buah berukuran  10-12 cm, dan 1580 (45%) dari 3500 buah berukuran 12-15 cm (Zehntner, 1902 b dalam Wardojo, 1984).  Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa banyaknya larva per buah me-ningkat dari 6-8 ekor pada awal periode panen menjadi 30-40 ekor pada akhir periode panen (Zehntner, 1902c dalam Wardojo, 1984).
Kerugian yang disebabkan oleh PBK merupakan resultante dari turunnya berat dan mutu produk serta meningkatnya biaya panen karena pemisahan biji sehat dari biji yang rusak memerlukan waktu lama.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui awal infestasi dan tingkat serangan serta perluasan infestasi PBK di perkebunan besar swasta kakao di PT. Way Sebayur.

BAHAN DAN METODE
Pengamatan dilakukan di pertanaman kakao yang sudah berbuah di PT. Way Sebayur, yaitu di Kebun Ketahun I yang terdiri atas 6 lokasi yaitu Air Terjun, Bukit Citra, Lestari, Tanjung Harapan, Serangai, Bukit Merawan, Ketahun II yang terdiri atas 6 lokasi yaitu Bukit Barisan, Riak Ngarai, Tanjung Tirta, Bukit Permai, Batu  Ampar (Bengkulu Utara) dan Seluma yang terdiri atas 4 lokasi yaitu Air Karas, Air Asam, Air Tumbuan, Padang Bajak (Bengkulu Selatan).  Pengamatan dilakukan dari bulan April 1997 sampai dengan Juli 1999. Pada setiap 20 ha diambil satu hektar secara acak untuk pengamatan buah terserang.  Setiap hektar tanaman kakao yang diamati diambil contoh sebanyak 50 batang secara diagonal. Selanjutnya diambil 5 buah yang telah masak fisiologis per pohon contoh dan dikupas untuk mengamati buah yang terserang PBK. Buah kakao yang terserang ditandai dengan warna agak jingga atau pucat kepu-tihan, buah menjadi lebih berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding buah. Bila buah dikupas akan kelihatan biji lengket satu dengan lainnya.  Persentase buah terserang dihitung dengan cara membagi jumlah buah yang terserang dibagi dengan semua jumlah buah yang diamati dikalikan seratus persen. 
Tingkat serangan dapat dikategorikan berda-sarkan ikatan biji kakao dan kulit buah yaitu dikelompokkan dalam tiga tingkat, infestasi ringan, sedang dan berat.  Infestasi ringan jika daging buah sedikit rusak dan sebagian besar biji yang dihasilkan dalam kondisi baik, infestasi sedang  jika sebagian plasenta mengalami pengerasan dengan 50% biji tidak dapat dimanfaatkan, dan infestasi berat atau tinggi jika semua daging buah mengalami pengerasan  tanpa biji berkondisi baik atau tidak ada biji yang dapat dimanfaatkan (Lim, 1984).
HASIL DAN PEMBAHASAN
 Buah kakao yang mendapatkan serangan PBK terus dapat berkembang seolah-olah tidak terjadi serangan, sehingga buah yang terserang tidak ada perbedaan dengan buah kakao yang sehat.  Gejala baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding buah. Hal itu te\jadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan rusaknya biji-biji di dalam buah.  Kerusakan daging buah akibat serangan PBK disebabkan oleh enzim hekso-kinase, malat dehidrogenase, fluorescent esterase dan enzim malat polimorfisme yang disekresikan oleh PBK (Tan et al., 1988).
Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva PBK berupa rusaknya biji, mengeriputnya biji dan timbulnya warna gelap pada kulit biji (Sahputra, 1989).  Hal itu berarti turunnya berat dan mutu produk.  Kerugian yang disebabkan oleh PBK merupakan resultante dari turunnya berat dan mutu produk serta meningkatnya biaya panen karena pemisahan biji sehat dari biji yang rusak memerlukan waktu lama.
Sesuai dengan ukuran tubuh yang kecil dan lembut, daya pencar PBK sangat terbatas.  Penyebaran sampai jarak jauh hanya dapat terjadi secara pasif, yaitu sebagai larva di dalam buah atau sebagai kepompong pada permukaan buah atau bahan tanaman lain yang terbawa keluar dari tempat sumber hama. Dari studi pustaka dapat diketahui bahwa masalah hama PBK mula-mula timbul di tanaman kakao di Filipina sekitar tiga abad yang lalu, kemudian di Sulawesi Utara  pada tahun 1841 atau jauh sebelumnya, sedang di Jawa Tengah baru pada tahun 1895 (Wardojo, 1980).  Hal itu terjadi sejalan dengan pengiriman bahan tanaman kakao Criollo berulang kali, terutama berupa biji di dalam buah kakao dari Filipina ke Sulawesi utara, kemudian ke Maluku dan Jawa.  Penyebaran ke bagian Indonesia lainnya, yaitu Jawa Timur (1901), Jawa Barat (1956), Sumatera Utara (1957), diperkirakan sejalan dengan penyebaran bahan tanaman berupa klon Djati Roenggo (DR) dari Jawa Tengah sejak akhir abad lalu.  Pemasukan buah kakao yang sebagian mungkin mengandung PBK kedalam pertanaman yang telah berproduksi, di masa yang lalu dilakukan dalam rangka perluasan areal pertanaman (periode penyebaran Criollo) dan dalam rangka penanaman kakao berpotensi produksi tinggi dan tahan terhadap penyakit (periode penyebaran klon DR dan klon lain).  Dari kasus yang diketahui sampai sekarang, infestasi PBK di suatu kebun biasanya didahului oleh pemasukan bahan tanaman yang berasal dari sumber hama.  Diperkirakan bahwa hal itu juga terjadi di Sabah yang mengalami infestasi PBK sejak Oktober 1980 (Wardojo, 1984),  dan di Bengkulu yang mengalami infestasi PBK sejak September 1994. PBK masuk di Bengkulu pada bulan September 1994 di Kebun Kakao Pino Bengkulu Selatan milik PTPN VII Pino seluas 14 hektar. 
Dari hasilpengamataninfestasi PBK di PT. Way Sebayur menunjukkan bahwa awal infestasi terjadi pada bulan Juli 1997.  Pada bulan itu hanya ada dua lokasi kebun yang terserang yaitu di lokasi Talang Tirta dengan tingkat serangan sangat rendah (1,20%) dan Bukit Permai (0,80%). Kemudian meningkat pada bulan Agustus dan September masing-masing adalah lima lokasi yang terserang PBK dengan tingkat serangan 0,10 - 11,30%, dan 7 lokasi (0,05-7,90%). Kemudian tingkat serangan menurun tetapi lokasi serangan tetap, yaitu pada bulan Oktober 7 lokasi (0,11 - 4,45%, dan pada bulan November 1997 terdapat 7 lokasi (0,42 - 3,42%) (Tabel 1).

 Tabel 1.
Infestasi PBK di Perkebunan Kakao PT Way Sebayur periode bulan Juli - November  1997
Lokasi
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Kebun
Lokasi
        ......................................... % .....................................
 I

1.        Air Terjun
2.        BukitCitra
3.        Lestari
4.       TanjungHarapan
5.        Serangai
6.        Bukit Barisan
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,10
0,17
0,00
0,00
0,38
0,42
0,26
0,48
0,00
0,00
0,48
0,38
0,11
0,92
0,00
0,00
0,98
1,10
0,42







II
1.        TalangTirta
2.        Urai
3.        Batu ampar
4.        BukitPermai
5.        RiakNgarai
1,20
0,00
0,00
0,80
0,00
2,60
0,00
0,30
0,10
11,30

2,49
0,00
0,05
0,83
7,90

2,11
0,00
0,15
0,85
4,45

1,60
0,00
0,00
0,60
3,40



 Pada kemaraupanjangtahun 1997 yaitupadabulanNovember di mana hanya ada 1 - 5 buah per pohon, dilakukanpengendaliandenganrampasanbuah. Pengendaliandenganmerampasseluruhbuahituberhasilmembebaskankebun dari serangan PBK hingga April 1999.   Semuladipercayabahwadenganmerampasseluruhbuah, denganmaksudtidak ada buahuntuktempatbertelur dan untukperkembanganlarvadapatmemusnahkan PBK dari kebuntersebut.   Namunpadatahun 1999 terjadiinfestasiulang, bagaimanaituterjaditidakdiketahuidenganjelas. 
Hasilpengamatan yang dilakukanpadabulanJuli 1999 menunjukkanbahwaserangan PBK lebihluasdibandingkandenganseranganpadatahun 1997, yaitu 10 lokasidengantingkatserangan 0,1-10,2% (Tabel 2).   Sedangseluruhlokasi di Kebun (estate) Seluma, Bengkulu Selatan,  masihbebas dari serangan PBK.
Kerusakan yang ditimbulkanolehlarva PBK beruparusaknyabiji, mengeriputnyabiji dan timbulnyawarnagelappada kulit biji.  Hal ituberartiturunnyaberat dan mutuproduk.  Adanyaserangan PBK ituharusdilakukanpengendalian agar tidakterjadipeningkatanbaikluasanmaupuntingkatserangan.  Apabilatidakdilakukanpengen-daliantidakmustahil akan terjadipenurunanhasil yang semakinbanyakseperti yang pernahterjadi di KebunSemugih-PesantrenJawaTengah.  Penurunanberatbijikakao per tahunselamaempattahun (1976-1979) berturut-turut di Kebunitudapatmencapai 60,0% (-20 ton), 80,2% (-33,5 ton), 79,7% (-35,4 ton) dan 84.3% (-43,8 ton) (Wardojo, 1984).
PenggerekbuahkakaoConopomorphacramerellaadalahspesiesasliAsiaTenggara yang hiduppadarambutan (Nepheliumlappaceum L., Sapindaceae) dan namnam (Cynometracauliflora L., Leguminosae). Adanyaintroduksitanamankakaooleh orang Spanyol dari MeksikokeFilipinapadapertengahanabad 16, PBK beradaptasipadatanamankakaotersebutsebagaiinangbaru.  Larva PBK jugaditemukanpada Cola (Cola nitida, Sterculiaceae), tanamanintroduksi dari Afrika. Di KawasanKerkapterdapatbanyaktanamanrambutan yang mempunyaipertumbuhanbaik dan berbuahlebat.  DikhawatirkanjikaterjadiseranganConopomorphacramerellapadatanamanrambutan akan menjadisumberseranganbagipertanamankakao di sekitarnya. Kekhawatiranini ti-dakperlu ada, karena PBK yang menyerangtanamanrambutan dan kakaoberbedasecra ras biologi (Wardojo, 1999). 
Tabel  2.   Serangan PBK di Perkebunan Kakao PT Way Sebayur selama bulan Juli  1999
No.
Kebun
Divisi
Contoh buah
Buah terserang
Persentase
1.
Ketahun I
Air Terjun
Bukit Citra
Lestari
Tanjung Harapan
Serangai
Bukit  Merawan
1.394
563
685
726
9295
868
106
37
15
74
8
32
7,6
6,6
2,2
10,2
0,9
3,7



Jumlah
5.165
272
5,3






2
Ketahun II
Bukit Barisan
Riak Ngarai
Tanjung Tirta
Bukit Permai
Batu  Ampar
1.246
865
1.205
799
300
54
36
22
1
0
4,3
4,2
1,8
0,1
0



Jumlah
4.415
113
2,6
3.
Seluma
Air Karas
Air Asam
Air Tumbuan
Padang Bajak
1.575
1.645
375
100
0
0
0
0
0
0
0
0


Jumlah
3.695
0
0

Rendahnya tingkat serangan di Lokasi-lokasi kebun kakao di PT. Way Sebayur karena pada kebun itu dilakukan eradikasi dengan cara  rampasan, pangkasan cabang atau pembuangan bunga.
Sebaiknya dilakukan pengendalian dengan petik dini, yaitu setiap minggu memetik buah kakao yang mulai masak. Setelah pecah buah, kulit buah yang terserang dibenam. Tindakan ini dikombinasikan dengan pembersihan serasah daun. Melakukan penyemprotan insektisida piretroid sintetik setiap dua minggu, diarahkan pada buah, cabang dan batang. 
Untuk kebun yang masih bebas dari PBK seperti kebun kakao desa Serumbung perlu mengambil langkah sebagai berikut. Melakukan pengamatan kualitatif pada waktu pecah buah untuk mengetahui ada tidaknya gejala serangan PBK. Apabila ditemukan gejala serangan segera melapor ke Dinas Perkebunan atau ke Laboratorium Proteksi Universitas Bengkulu.  Dalam kondisi seperti sekarang tindak lanjut berupa eradikasi tidak dibenarkan apabila ada peluang terjadi serangan ulang dari luar. Eradikasi dengan cara rampasan, pangkasan cabang atau pembuangan bunga dianggap sebagai pengorbanan hasil yang terlalu besar. Seharusnya petani atau pengusaha melarang pedagang pengumpul masuk kebun dengan kendaraan dan wadah bekas yang mungkin mengandung kepompong PBK.
Untuk peremajaan harus digunakan klon yang tahan terhadap PBK, misalnya klon PA7, UA37, dan LAFI7 serta tipe Amelonado.`
KESIMPULAN
InfestasiawalterjadipadabulanJuli 1997, yaitu di lokasiTalangTirta (1,20%) dan BukitPermai (0,80%). Kemudianmeningkatpadabulanberikutnyayaitu lima lokasi yang terserang PBK dengantingkatserangan 0,10-11,30% padabulanAgustus, dan 7 lokasi (0,05-7,90%) padabulanSeptember 1997. PengendaliandenganmerampasseluruhbuahpadabulanNovember 1997 berhasilmembebaskan dari serangan PBK hinggapertengahantahun 1999.   PadabulanMei 1999 terjadiinfestasiulang.  Serangan PBK padabulanJuli 1999 lebihluasdibandingkandenganseranganpadatahun 1997, yaitu 10 lokasidengantingkatserangan 0,10 - 10,2%.   Sedangseluruhlokasi di Kebun (estate) WaySebayur di Seluma, Bengkulu Selatan,  masihbebas dari serangan PBK. Carapengendalian yang dapatditerapkanadalahrampasanbuah di luarmusimbuahutama, petikdini, menggunakanklontahan PBK untukperemajaan dan insektisidapiretroidsintetik. Melarangpedagangpengumpulmasukkebundengankendaraan dan wadahbekas yang mungkinmengandungkepompong PBK.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997. Lima tahun penelitian dan pengembangan pertanian 1992-1996.  Menyongsong Era Globalisasi.
Bradley, J. D. 1986. Identity of the South-East Asian cocoa moth, Conopomorpha crame-rella (Snellen) (Lepidoptera: Gracilariidae), with descriptions of three allied new species. Bull. Ent. Res. 76: 41-51.
Entwistle, P. F. 1972. Pests of cocoa. Longman Group Ltd., London. 778 pp.
Lim, G. T. 1984 b. The behavioural studies on cocoa pod borer Acrocercops cramerella Snellen. 9th International Cocoa Research Conference, Togo. (1984): 539-542.
Suparno, T. 1990. Konsepsi penanggulangan penggerek buah kakao di Provinsi Bengkulu.  Seminar Penanggulangan OPT Penggerek Buah Kakao di Provinsi Bengkulu Tanggal 1 Agustus 1999. Disbun Dati I Bengkulu.  9 hal.
Tan, S. G, Muhamad, R., Gan, Y. Y. dan Rita, M. 1988. Hexokinase, malate dehydrogenase, fluorescent esterase and malic enzyme poly-morphisms in the cocoa pod borer, Conopomorpha cramerella Sn.. Pertanika 11: 7-13.
Wardojo, S. 1984. Kemungkinan pembebasan Maluku Utara daripada masalah penggerek buah cokelat, Acrocercops cramerella Sn. Menara Perkebunan 52: 57-64.
___________ dan Moersamdono. 1984. Kantung plastik untuk melindungi buah cokelat dari serangan Acrocercops cramerella Snellen. Menara Perkebunan 52: 77-83
__________. 1992. Kemungkinan pembebasan Maluku Utara daripada masalah penggerek buah cokelat, Acrocercops cramerella Sn. Menara Perkebunan 52: 57-64.

http://cyclops.untd.com/adstream_nx.ads/webservices/general/1368432397@Bottom%21Bottom?


Tidak ada komentar: