Slide show

I want I can. Gambar tema oleh enot-poloskun. Diberdayakan oleh Blogger.

LAPORAN AGROKLIMATOLOGI ACARA HUJAN

I.          PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Kumpulan titik-titik air dan atau es yang melayang-layang di atmosfer sebagai hasil proses kondensasi yang terdapat pada ketinggian tertentu yang disebabkan karena naiknya udara secara vertikal karena proses pendinginan udara secara adiabatik di atmosfer disebut awan. Awan bersifat mengabsorsi dan merefleksikan radisi surya dan radiasi dari bumi dapat memanaskan atau mendinginkan suhuudara. Bentuk awan dengan kharateristiknya juga mencerminkan potensi hujan disuatu daerah di permukaan bumi.
Dalam proses pembentukan awan tidak terlepas dari proses kondensasi yaitu perubahan dari uap air menjadi butir-butir atau es, dan kondensasi ini terjadi karena pendinginan udara. Jika udara mengalami pendinginan maka kapasitasnya untuk menampung uap air menurun dan paada suatu titik penurunan suhu udara ini menyebabkan udara kenyang atau jenuh (RH = 100%). Suhu pada saat kenyang disebut suhu titik embun.
Jika suhu udara turun hingga di bawah titik embun maka udara tidak mampu menampung uap air keluar sebagai titik air dan atau es.Jadi pengembunan sangat ditentukan oleh RH dan suhu. Jika RH tinggi diperlukan sedikit penurunan suhu hingga terjadi penurunan suhu hingga terjadi pengembunan, sebaliknya RH rendah diperlukan banyak penurunan suhu udara untuk terjadinya pengembunan.
1.2.            Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini ialah :
-          Untuk megetahui macam – macam bentuk awan.
-          Untuk memberikan pengertian tentang kemungkinan terjadinya hujan dengan melihat kondisi cuaca beberapa waktu sebelumnya.




II.       TINJAUAN PUSTAKA
Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:
-          Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
-          Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air (Tjasyono, Bayong. 2004).
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
Namun jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan hilanglah awan itu. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan ( Daldjuni.1993 ).
Bentuk awan bermacam macam tergantung dari keadaan cuaca dan ketinggiannya. Tapi bentuk utamanya ada tiga jenis yaitu, yang berlapis-lapis dalam bahasa latin disebut stratus, yang bentuknya berserat-serat disebut cirrus, dan yang bergumpal-gumpal disebut cumulus (ejaan Indonesia: stratus, sirus, dan kumulus).
Di daerah rendah (kurang dari 3.000 m) yang terendah, awan stratus menutupi puncak gunung yang tidak terlalu tinggi. Di daerah rendah tengah, awan berbentuk strato-kumulus, dan yang dekat ketinggian 3.000 m awan berbentuk kumulus. Awan besar dan tebal di daerah rendah disebut kumulo-nimbus berpotensi menjadi hujan, menyebabkan terjadinya guruh dan petir.
Bagaimana dengan awan di daerah tinggi (di atas 6.000 m)? Di sana terbentuk awan siro-stratus yang tampak sebagai teja di sekitar matahari atau bulan. Juga terbentuk awan siro-kumulus yang bentuknya berkeping keping terhampar luas. Juga dapat terbentuk awan sirus yang tipis bertebar seperti asap (Hasan .U.M.1970 )
Jenis – jenis Awan
1.      Stratus
Letaknya rendah, berwarna abu-abu dan pinggirnya bergerigi dan menghasilkan hujan gerimis salju.
2.      Kumulus
Letaknya rendah, tidak menyatu / terpisah-pisah. Bagian dasarnya berwarna hitam dan di atasnya putih. Awan ini biasanya menghasilkan hujan
3.      Stratokumulus
Letaknya rendah, berwarna putih atau keabua-abuan. Bentuknya bergelombang dan tidak membawa hujan
4.      Kumulonimbus
Letaknya rendah sperti menara, berwarna putih dan hitam, membawa badai.
5.      Nimbosratus
Letaknya tidak terlalu tinggi, gelap, lapisannya pekat, bagian bawah bergerigi serta membawa hujan atau salju.
6.      Altostratus
Ketinggian sedang, awan berwarna keabu-abuan, tipis, mengandung hujan.
7.      Altokumulus
Ketinggian sedang, putih atau abu-abu, bergulung-gulung atau melingkar seperti makaroni.
8.      Sirus
Tinggi, putih atau sebagian besar putih seperti sutra tipis, bergaris-garis
9.      Sirostratus
Tinggi, putih seperti cadar, bisa juga seperi untaian, luas menutupi langit
10.  Sirokumulus
Tinggi, tebal, putih, terpecah-pecah, mengandung butir-butir es kecil (Soemeinaboedhy, Nyoman I,2006).

Berikut ini adalah ketinggian jenis awan utama yang diukur dari bagian dasar:
1.      Stratus, di bawah 450 m
2.       Kumulus, Stratokumulus dan Kumulonimbus berada di ketinggian 450- 2000 m
3.      Nimbostratus, 900 - 3000 m
4.      Altostratus dan Altokumulus berada di ketinggian 2000 - 7000m
5.        Sirus, Sirostratus dan Sirokumulus berada di ketinggian 5000 –13500
Misalnya di atas Gunung Ciremai (3.078 m), di puncak-puncak pegunungan Jaya Wijaya di Irian yang tingginya antara 4.000-5.000 m, bahkan selalu diliputi salju. Demikian juga Gunung Fuji (3.776 m) puncaknya selalu diliputi salju putih cemerlang sangat indah. Pada ketinggian menengah ini dapat terbentuk awan alto-stratus yang berderet-deret, alto kumulus, dan alto-sirus (Syamsulbahri. 1987).


III.  BAHAN DAN METODE

3.1.            Waktu dan Tempat
                        Praktikum ini dilaksanakan pada Sabtu, 08 November 2013 pukul 10.00 WIB sampai selesai di dalam dan sekitar Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Bengkulu.

3.2.            Alat dan Bahan
-          Alat Tulis
-           
3.3.            Prosedur kerja
1.      Mengamati keadaan keawanan sejak pagi hari mulai matahari terbit hingga terbenam.
2.      Pengamatan dilakukan setiap jam yaitu dari jam 06.00-18.00 WIB
3.      Pengamatan dilakukan oleh mahasiswa secara berkelompok.
4.      Mencatat hasil yang didapat di laporan sementara.

  
IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1              Hasil Pengamatan
Waktu
Awan
Simbol
Klasifikasi
Diskripsi
Nama awan
11.00 – 11.14

6/8
Langit tertutup awan
Cirostratus

11.15 – 11.20

6/8
Langit tertutup awan
sirus
11.21 – 11.29

6/8
Langit tertutup awan
Cirocumulus
11.20-11.30

6/8
Langit tertutup awan
Nimbustratus

4.2              Pembahasan
Awan sifatnya tidak tetap, awan akan bergerak kemana saja seiring dengan pergerakan angin. Karenan pengaruh angin maka terbentuklah jenis-jenis awan menerut bentuk yang diciptakan oleh angin. Oleh sebab itu angin sangat berperan aktip untuk menentukan apakah akan terjadi hujan atau tidak, sebab awan dikatakan akan hujan bila awan membentuk gumpala-gumpalan besar yang disusun atau yang dipertemukan oleh angin dari awan yang satu dengan awan yang lain. 
Keawanan maksimum biasanya siang hingga sore hari minimum malam hari ketika udara stabil. Keawanan ini terjadi pada pagi hari ketika kabut naik yang banyak terjadi di daerah yang lembab dan danau. Keawanan  terbesar terdapat diwilayah sekitar lintang  60o lintang bumi (lintang pertengahan) karena wilayah ini merupakn pertemuan massa udara yang hangat dan lembab dari lintang rendah dengan massa udara dingin dari wilayah kutub.
Hasil pengamatan keawanan sekitar pada  pukul 10.00- 18.00 WIB diketahui bahwa semua penutupan langit berada pada deskripsi yaitu 6/8 langit tertutupi awan atau dengan jenis awan 11.00 – 11.14 yaitu Cirostratus, pada pukul 11.00 – 11.14 yaitu cirus11, Pada pukul 15 – 11.20 yaitu Cirocomulus, pada pukul  11.21 – 11.29 yaitu Cirocomulus dan pukul 11.20-11.30 yaitu Nimbostratus.
Terjadinya perbedaan jenis awan dan penyebarannya setiap waktu dikarenakan terjadinya pergerakan angin, perbedaan tempat dan perbedaan suhu udara di atmosfer. Karena diketahui bahwa massa udara selalu bergerak. Sedangkan pada waktu pengamatan cuaca sangat cerah dengan banyak angin berhembus.


V.       KESIMPULAN

5.1.      Kesimpulan

1.      Awan terbentuk karena terjadinya pengupan dipermukaan bumi yang membentuk molekul-molekul kecil, karena pengaruh massa jenis lebih rendah maka naik ke permukaan atmosfir membentuk gumpalan yaitu awan.
2.      Hasil pengamatan keawanan sekitar pada  pukul 10.00- 18.00 WIB diketahui bahwa semua penutupan langit berada pada deskripsi yaitu 6/8 langit tertutupi awan atau dengan jenis awan  yaitu Cirostratus, cirus, Cirocomulus, Cirocomulus dan Nimbostratus.
3.      Terjadinya perbedaan jenis awan dan penyebarannya setiap waktu dikarenakan terjadinya pergerakan angin, perbedaan tempat dan perbedaan suhu udara di atmosfer.


DAFTAR PUSTAKA

Daldjuni.1993.Pokok – pokok klimatologi.penerbit Alumni.Bandung

Handoko,1993.Klimatologi Dasar.Institut Pertanian Bogor,Bogor

Hasan .U.M.1970. Dasar–dasar Meterologi Pertanian.Pt.soeroengan.Jakarta

Soemeinaboedhy, Nyoman I,2006.Agroklimatologi.UPT Universitas Mataram: Mataram

Syamsulbahri. 1987. Dasar-dasar Agroklimat.Bandung.Penerbit Erlangga

Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi.cetakan ke2.IPB.Press.Bandung. 


Tidak ada komentar: