PENYAKIT PENTING TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta L.)
PENYAKIT
PENTING TANAMAN UBIKAYU
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Tanaman ubi kayu
atau singkong merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di
indonesia kerena hampir diseluruh wilayah indonesia tanaman ubi kayu dapat
tumbuh baik, di indonesia sendiri tanaman ubi kayu merupakan komoditas ketiga
sesudah padi dan jagung. selain itu tanaman ini menghasilkan komoditas ekspor
dalam bentuk gaplek, tapioka, dan pelet pakan ternak. Umbi tanaman ubi kayu
juga banyak di jadikan olahan seperti keripik, gaplek, tape, ubi rebus dan aneka
olahan dari tepung tapioka.tanaman ini tersebar diseluruh wilayah indonesia baik
sebagai tanaman tegal atau perkebunan, jawa timur, jawa tengah, jawa barat dan
lampung merupakan penghasil ubi kayu terbesar.
Tanaman ubi kayu optimum di tanam
pada dataran rendah, meskipun masih dapat ditanam pada ketinggian tempat >1500
m dari permukaan laut, ubi kayu mampu bertahan di musim kering dengan curah
hujan 500-5000 mm per tahun. Akan tetapi produksi tanaman ubi kayu di indonsia saat ini belum
maksimal selain disebabkan karena berkurangnya areal lahan hingga menurunnya
luas areal panen akibat konversi lahan juga disebabkan karena serangan penyakit
tanaman.
Penyakit
tanaman merupakan salah satu faktor yang mampu mengakibatkan penurunan hasil
dan mutu hasil pada tanaman pangan di Indonesia. Oleh karena itu mengenal
macam-macam penyakit yang sering menyerang tanaman ubi kayu adalah sangat
penting sehingga mampu mengetahui teknik pengendalian penyakit yang efektif dan
efieiensi guna menunjang program peningkatan produksinya.
b.
Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah/paper ini adalah untuk mengetahui penyakit penting pada
tanaman ubi kayu (Manihot sp.) dan tindakan pengendaliannya.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanaman ubi kayu atau singkong
merupakan salah satu tanaman yanga banyak dibudidayakan di indonesia kerena
hampir diseluruh wilayah indonesia tanaman ubi kayu dapat tumbuh baik, di
indonesia sendiri tanaman ubi kayu merupakan komoditas ketiga sesudah padi dan
jagung. selain itu tanaman ini menghasilkan komoditas ekspor dalam bentuk
gaplek, tapioka, dan pelet pakan ternak. Umbi tanaman ubi kayu juga banyak di
jadikan olahan seperti keripik, gaplek, tape, ubi rebus dan aneka olahan dari
tepung tapioka.tanaman ini tersebar diseluruh wilayah indonesia baik sebagai
tanaman tegal atau perkebunan, jawa timur, jawa tengah, jawa barat dan lampung
merupakan penghasil ubi kayu terbesar (Semangun H, 1996).
Tanaman ubi kayu optimum di tanam
pada dataran rendah, meskipun masih dapat ditanam pada ketinggian tempat
>1500 m dari permukaan laut, ubi kayu mampu bertahan di musim kering dengan
curah hujan 500-5000 mm per tahun. Dalam
sistematika (taksonomi) tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ( tumbuh –
tumbuhan )
Divisio :
Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisio : Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae ( biji bekeping dua )
Ordo :
Euphorbiales
Famili :
Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies
: Manihot spp Crantz.
Tanaman ubi
kayu memiliki batang tanaman singkong
berkayu, beruas -ruas,
dengan ketinggian mencapai lebih dari 3 m. Batang berlubang,
berisi empulur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus. Berdaun menjari dengan cangap 5 – 9 helai. Daun singkong terutama yang masih muda
mengandung racun sianida. Bunga tanaman singkong berumah
satu dengan penyerbukan silang
sehingga jarang berbuah. Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung
dan berfungsi sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas
kulit luar tipis (Diane M, 2006).
Produksi tanaman ubi
kayu di indonsia saat ini dapat dikatakan masih belum maksimal selain
disebabkan karena berkurangnya areal lahan hingga menurunnya luas areal panen
akibat konversi lahan juga disebabkan karena serangan penyakit tanaman akan
tetapi kegiatan penggendalian penyakit pada tanaman ubi kayu budidaya tidak
begitu terkenal namun serangan dari penyakit ini mampu menurunkan produksi dari
tanaman ubi kayu apalagi Indonesia memiliki iklim tropis sehingga potensi
serangan penyakit di indonesia sangat tinggi .
Salah salah satu
penyakit penting dari tanaman ubi kayu ialah hawar bakteri yang disebabkan oleh
patogen Xantomonas axonopodis pv.
Manihotis, patogen mampu tersebar secara luas terutama pada areal pertanaman
yang sudah terinfeksi, patogen tersebar luas melalui percikan air hujan,
serangga dan campur tangan manusia melalui peralatan budidaya (Agrios, 2005).
III.
PEMBAHASAN
Budidaya
tanaman ubi kayu tidak lepas dari permasalahan penyakit yang sering menyerang
tanaman budidaya. Serangan patogen sering di abaikan oleh petani karena petani
beranggapan serangan patogen penyakit tidaklah berpengaruh banyak terhadap
produktivitas tanaman ubi kayu budidaya, sehingga tindakan pengendaliannya
masih jarang dilakukan. Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman ubi kayu
dan berpotensi besar menimbulkan kerugian ialah sebagai berikut :
1. Hawar Bakteri (Xanthomonas campestris pv. Manihotis Berthet. )
Hawar
bakteri (bacterial blight) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Manihotis
yang sudah diketahui sejak lama oleh Reitsma dan van hoof pada tahun 1948.
Padatahun 1974 penyakit ini menimbulkan banyak kerugian pada tanaman ubi kayu
di kebun percobaan Magos dan kemudian Lampung (Wargono et al, 1981 dalam
Semangun, ). Hawar bakteri menjadi
penyakit penting pada tanaman ubi kayu karena jika lingkungan mendukung
serangan hawar bakteri mampu menurunkan produksi hingga 90-100% berdasarkan
hasil penelitian di afrikadan amerika latin oleh Lozano 1975.
Gejala
: Pada daun terdapat bercak kebasah-basah dengan bentuk tidak teratur,
bersudut-sudut (angular) dikelilingi oleh daerah bewarna hijau tua (Reddy R,
1989). Gejala yang meluas dengan cepat
dan warna bercak menjadi coklat muda, mengkriput dan menyebabkan daun layu yang
selanjutnya daun rontok. Tanam yang terserang masih mampu membentuk tunas baru
akan tetapi tunass ini pun terserang juga sehingga ikut mati. Jaringan
epidermis batang muda yang terinfeksi sering pecah dan pada cuaca yang lembab
dapat mengeluarkan getah (gum) yang mengandung bakteri yang kemudian batang
yang terserang akan mengering dan mati.
Pada
pengamatan penampang melintang batang yang terinfeksi akan tampak bahawa berkas
pembuluh berwarna coklat dan terjadi nekrosis dan terlihat garis-garis pada
penampang membujur. Selain dari batang getah yang terdiri dari massa bakteri
sering keluar dari bercak, terutama pada permukaan dau dan sekitar tulang daun.
Biasanya gejala akan timbul setelah 11-13 hari setelah infeksi.
Penyebab
: hawar bakteri pada tanaman ubi kayu disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Manihotis
Berthet. Bakteri berbentuk batang pendek 1,6 x 0,6 µm, gram negatif, bergerak
dengan flagella di ujung tidak membentuk kapsula dan spora. Bakteri bersifat
anaerob, dapat tumbuh cepat dan tidak berpigmen.
Daur
hidup : bakteri ini bisanya melakukan penetrasi kejaringan melalui luka pada
jaringan epidermis atau mulut kulit. Baketri lalu masuk kedalam jaringan
pengangkut dan meluas mengahancurkan jaringan parenkim pada daun dan tunas
muda. Pergerakan ke batang melalui pembuluh xilem namun juga dapat melalui jaringan empulur
batang sedangkan pada jaringan tua yang mengandung lignin hanya terbatas pada
jaringan pengangkut. Bakteri menyebar ketempat lain terutama karena terbawa
dalam stek yang terinfeksi, hewan, peralatan budidaya dan percikan air hujan,
terutama dari getah dari daun yang sakit dengan kelembaban jenuh selama 12 jam
dan musim penghujan serangan penyakit meningkat (Lezano dan booth, 1974 dalam Semangun 1996)
Faktor
yang mempengaruhi penyakit : Jenis-jenis ubi kayu memiliki ketahanan yang
berbeda kemungkinan disebabkan oleh : 1). Bakteri terhamabt penetrasinya 2).
Bakteri tidak meluas secara sistemik 3). Tanaman tahan serangan patogen.
Pemupukan yang yang berimbang terutama NPK dan bahan organik meningkatkan
ketahanan tanaman (Nunung, 1985, yahya 1987). Pada musim penghujan potensi
serangan akan meningkat dan suhu 30o C optimum terhadap perkembangan
penyakit.
Pengendalian
: Pengunaan varietas tahan, penanaman stek yang sehat dan terbebas penyakit,
pergiliran tanaman, pemangkasan dan sanitasi kebun dan pemusnahan tanaman
terinfeksi (Lezano dan booth, 1975 dalam
Semangun 1996 ).
2. Layu Bakteri ( Pseudomonas sonacearum Smith. 1896)
Palm
(1921) menyatakan bahwa dari tanaman Manihot
glaziovii yang sakit layu dapat disolasi bakteri Pseudomonas sonacearum. Koem (1948) menyatakan beberapa tempat
penyakit lendir menimbulkan kerugian besar pada ubi kayu. Berbeda dengan
penyakit hawar bakteri, pada penyakit ini daun yang layu bersama-sama untuk
semntara waktu tetap melekat pada batang. Di indonesia sendiri dilaporkan bahwa
gejala penyakit ini terbagi menjadi tiga tipe yaitu tanaman layu, daun gugur
dan mati ujung. Biasnya untuk gejala yang pertama disertai dengan perubahan
warna pada bagian –bagian bawah tanah. Selain di indonesia penyakit layu bakteri
ini juga ditemukan di Brazil dan
kolombia.
Nakagawa
(1978) melaporakan bahwa telah terjadi kerugian karena penyakit layu pada ubi
kayu di Lampung dan diberitakan bahwa beberapa gulma disana dapat menjadi inang
yaitu Croton hirtus, Ageratum conyzoides,
spigelia arthelmia.
Penyebab
: Penyebab penyakit layu bakteri ialah bakteri Pseudomonas sonacearum, bakteri berbentuk batang melengkung dengan
ukuran 0,5-1 x 0,5-4 µm
Gejala
: Terdapat daun yang layu secara serentak dan gugur daun dan keluar lendir
bewarna putih cair pada bagian batang dan ujung tangkai daun.
Pseudomonas solanacearum
merupakan salah satu patogen terpenting dari golongan bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit layu bakteri yang tersebar secara luas di daerah tropik
dan subtropik serta daerah-daerah bersuhu panas di dunia. Usaha pengendalian P. solanacearum dengan menggunakan
varietas tahan dan antibiotika (bakterisida) ternyata membawa masalah baru
dengan munculnya ras-ras baru patogen yang lebih virulen, sehingga perlu dicari
suatu penanganan lain yang lebih aman dan ramah lingkungan. Salah satu
agens antagonis yang memiliki potensi besar dalam penanganan penyakit layu
bakteri adalah Pseudomonas kelompok flurescens yang mampu mengkolonisasi
daerah perakaran dan menghasilkan senyawa-senyawa siderofor yang berperan dalam
pertumbuhan tanaman dan pengendalian hayati.
Pengendalian
: penggunaan varietas tahan, berdasarkan pengujian lapang menurut Nakagawa
(1978) kultivar kuning paling rentan terhadap layu bakteri, diikuti dengan SPP
Pandesi dan genjah. Galur dan klon terbukti tahan (tahum, ketan merah,
SPP, singkong putih, W 528, ketan putih, genjah hitam, baserat no 802 dan no
547).
Gambar
tanaman terserang layu bakteri (Semangun, 1996)
3.
Bercak
Coklat (Cercosporidium henningsii
Allesh.) Deighton
Untuk
pertama kalinya penyakit beercak coklat pada singkong ditemukan oleh Zimmermann di Jawa pada tahun
1902. Penyakit ini tersebar di seluruh Indonesia. Ternyata bahwa
penyakit tersebut ada disemua daerah penanaman singkong di Asia, Afrika, dan
Amerika Latin. Penyakit ini merupakan penyakit daun yang paling penting
pada tanaman ini.
Gejala serangan : Bercak tampak
jelas pada kedua sisi daun. pada sisi atas bercak tampak coklat merata
dengan tepi gelap yang jelas. Pada sisi bawah daun tepi bercak kurang
jelas dan di tengah bercak coklat terdapat warna keabu-abuan karena adanya konidiofor dan konidium jamur. Bercak berbentuk bulat
dengan garis tengah 3 - 12 mm. Jika berkembang bentuk bercak dapat kurang
teratur dan agak miring - sudut karena dibatasi oleh tepi daun atau tulang -
tulang daun. Jika penyakit berkembang dengan terus menerus daun yang sakit
menguning dan mengering dan dapat gugur. Pada cuaca hujan dan panas jenis
rentan dapat menjadi gundul.
Penyebab : penyakit bercak coklat ini disebabkan oleh
cercosporidium henningsii. hifa
jamur ini berkembang dalam ruang sela-sela sel, membentuk stroma dengan garis
tengah 20 - 45μm. Stroma membentuk konidiofor dalam berkas - berkas yang
rapat. Konidiofor coklat kehijauan pucat, warna dan lebar merata, tidak
bercabang, dengan 0 - 2 bengkokan, bulat pada ujungnya dan memiliki bekas spora
yang kecil atau sedang. Konidium dibentuk pada kedua sisi daun pada ujung
konidiofor, berbentuk tabung, lurus atau agak bengkok, kedua ujungnya membulat
tumpul, pangkalnya berbentuk tumpul. Jamur membentuk peritesium hitam,
bergaris tengah 100μm, kadang - kadang tampak tersebar pada bercak di permukaan
atas daun. Askus seperti gada memanjang, berisi 8 spora.
Gambar
tanaman terserang bercak coklat (Semangun, 1996)
Daur penyakit : Penyebaran penyakit banyak berasal dari angin
atau hujan yang membawa spora dari bercak tua dan daun tua yang sudah rontok ke
permukaan daun sehat. Jika udara cukup lembab, konidium berkecambah,
membentuk pembuluh kecambah. Penetrasi terjadi melalui mulut kulit dan
jamur meluas dalam jaringan lewat ruang sela-sela sel. Dalam cuaca panas
dan lembab membutuhkan waktu 12 jam. Selama musim kemarau jamur
mempertahankan diri pada bercak-bercak tua.
Faktor yang mempengaruhi penyakit :
penyakit sangat bergantung pada ketahanan ubi kayu yang memiliki ketahan
berbeda pada bercak coklat. Pada umumnya daun tua lebih rentan dari daun
muda yang lebih tinggi letaknya.Tetapi pada jenis yang rentan, tangkai daun,
bahkan buah yang muda sering ada serangan yang berat.Penyakit ini sangat dibantu
oleh curah hujan dan suhu yang tinggi.
Pengendalian : menanam jenis yang
tahan, menanam tidak terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban pertanaman dan penyemprotan
fungisida tembaga.
4. Bercak
Daun Baur (Cercospora viscosae Muller
et Chupp. )
Bercak daun baur berasal dari daerah Brazilia,
Kolombia dan Amerika Selatan. bercak daun baur ini belum menyebar secara
luas di indonesia, tetapi hanya ada di Malang.
Gejala Serangan :
terdapat bercak pada daun dengan ukuran besar, berwarna coklat, tanpa batas
yang jelas. Tiap bercak meliputi seperlima dari luas helaian daun atau
lebih. Permukaan atas bercak berwarna coklat merata, tetapi dipermukaan
bawah pusat bercak yang berwarna coklat ada keabu-abuan, karena adanya
konidiofor dan konidium dari Cercospora
viscosae.
Penyebab : bercak baur pada tanaman ubi
kayu disebabkan oleh Cercospora viscosae Muller et Chupp. Jamur
ini tidak membentuk stroma, tetapi membentuk spora secara
merata. Konidiofor coklat kemerahan..konidifor coklat kemerahan tua 50 -
150 x 4 - 6 µm Membentuk berkas yang mirip koremium dan konidiumnya seperti
gada terbalik silindris 25 - 100 x 4 - 6 µm.
Daur penyakit : Konidiumnya dipencarkan oleh angin dan
serangga, meskipun angin memegang peranan yang lebih besar dalam
pemencarannya. Jamur mengadakan penetrasi langsung dengan menembus
permukaan lateral sel-sel epidermal, atau melalui mulut kulit. Infeksi
dapat melalui dua sisi daun, tetapi yang paling banyak melalui epidermis
atas (Kranz et al.1997 dalam Semangun, 1996.).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit : curah
hujan, suhu dan kelembaban. Penyakit timbul pada musim hujan, tetapi gejalanya
akan muncul pada musim panas. Suhu dan kelembaban yang rendah akan membuat
penyebaran penyakit akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Ketahanan
terhadap bercak daun memiliki korelasi dengan tebalnya jaringan palisade dan
ukuran mulut kulit daun.Penyakit ini juga timbul akibat kekurangan magnesium. Pada
umumnya penakit ini tidak menimbulkan kerugian, hanya terdapat pada daun tua,
meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan daun gugur.
Pengendalian : penanaman varietas tahan (seperti
varietas Malang 2), pergiliran tanaman, pemakaian stek sehat (dilakukan strilisasi
stek supaya bebas dari patogen), memotong bagian daun yang terserang, dan
memakai Fungisida.
5. Bercak
Daun Phyllosticta (Phyllosticta spp.)
Di indonesia penyakit ini berada di Malang yang
menyerang tunas dan menyebabkan mati ujung.
Gejala Serangan : terdapat bercak besar pada daun,
berwarna coklat, biasanya dengan tepi yang kurang jelas. Bercak umumnya
terdapat pada ujung daun, tepi helaian daun, sepanjang tulang tengah daun dan
tulang daun yang besar. Permukaan atas bercak pertama terdiri dari
cincin-cincin konsentris yang terbentuk oleh pikndium berwarna
coklat. Bercak yang tua tidak memiliki cincin, karena piknidium yang masak
tercuci oleh air hujan. Jika udara sangat lembab bercak dapat tertutp oleh
hifa coklat kelabu. Pada permukaan bawah daun, tulang-tulang daun yang
kcil sekitar bercak menjadi rusak dan membentuk garis-garis hitam yang memancar
bercak. Bercak - bercak berkembang menjadi hawar daun, akhirnya seluruh
daun dan tangkai menjadi coklat tua, layu dan rontok. Pada infeksi yang
berat, jamur menyerang tunas yang masih muda dan menyebabkan mati
ujung. Batang yang sakit berwarna coklat dan tertutup oleh piknidium.
Penyebab : Jamur ini banyak membentuk piknidium yang
berwarna coklat tua, bulat dan membentuk kelompok kecil pada daun atau
batang. Piknidium dengan garis tengah 100-170 µm , ostiol berukuran 15-20
µm, dindingnya terdiri dari sel-sel bersegi banyak. Konidiofor pendek,
hialin, membentuk suatu konidium kecil 15-20 µm dan bersel satu.
Daur Hidup : Penyebaran penyakit ini melalui percikan
air hujan, angin dan alat pertanian. Beratnya penyakit berkolerasi dengan
kondisi lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan spora. Spora
berkecambah paling baik pada suhu 20-25 ˚ C. bercak daun Phyllosticta
banyak terdapat di tempat-tempat yang tinggi, atau dataran rendah selama musim
hujan.
Pengendalian : pergiliran tanaman (mengganti dengan
tanaman tebu), menanam varietas tahan, pemakaian stek yang sehat, memotong
bagian tanaman yang sakit, dan memakai fugisida pada tanaman yang telah terinfeksi
berat.
6.
Mozaik
(Cassava Mozaic Virus/CMV)
Penyakit ini disebabkan oleh patogen berupa virus
(CMV). Penyakit ini merupakan penyakit penting pada tanaman ubi kayu. Dengan
gejalanya yaitu pada tanaman sakit terdapat bercak-bercak klorosis yang jelas
dan daun sering mengalami malformasi yang berat. Tanaman yang sakit terhabat
pertumbuhannya. Menurut Suseno dan Sri Andani (1975), menyatakan penyakit ini
tidak dapat ditularkan secara mekanis, penularan dapat dilakukan apabila tanaman
sakit dan tanaman sehat bersentuhan. Meskipun belum diketahui bahwa penyakit
ini menimbulkan kerugian namun di afrika penyakit mozaik ubi kayu disebabkan
oleh Ruga bemisia Holmes atau Manihot virus 1, virus dapat ditularkan oleh
lalat putih Bemisia sp. mungkin juga B. nigerensis Corb dan B. Tabaci Genn.
Pada suhu rendah gejala serangan akan terlihat jelas.
Pengendaliannya ialah dengan penanaman varietas tahan,
penanaman stek yang sehat dan terbebas virus, membinasakan tanaman yang
terinfeksi.
Gambar tanaman
terserang mozaik
IV.
KESIMPULAN
Adapun yang dapat disimpulkan oleh
penulis ialah sebagai berikut :
1. Penyakit
penting yang paling sering menyerang tanaman ubi kayu dapat disebabkan oleh
patogen cendawan, bakteri dan virus.
2. Penyakit
yang sering menyerang pada tanaman ubi kayu yang disebabkan cendawan yaitu Bercak
Coklat (Cercosporidium henningsii
Allesh.) Deighton, Bercak Daun Baur (Cercospora viscosae Muller et Chupp. )
dan Bercak Daun Phyllosticta (Phyllosticta spp.)
3. Penyakit
yang sering menyerang pada tanaman ubi kayu yang disebabkan bakteri yaitu Hawar
Bakteri (Xanthomonas campestris pv.
Manihotis Berthet. ) dan Layu Bakteri ( Pseudomonas
sonacearum Smith. 1896).
4. Pengendalian
yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit pada tanaman ubi kayu ialah :
a. Penggunaan
varietas/klon tahan sebagai bahan tanam.
b. Selalu
menggunakan stek yang sehat dan terbebas penyakit (bersertifikat).
c. Sanitasi
kebun untuk menjaga lingkungan tidak mendukung perkembangan patogen penyakit
dan memusnahkan tanaman inang.
d. Pemusnahan
tanaman yang terinfeksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Maya Rohmawati. 2005. studi komperatif penyebab
bercak daun pada tembakau (cercospora nicotianae) dengan cercospora asal
ubi kayu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Jember
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press; Yogyakarta
Semangun, H. Pengantar
Ilmu Penyakit Tumbuhan. Diterbitkan
oleh Gadjah Mada University Press. Tahun 1996 .
Semangun, H. Penyakit-Penyakit
Tanaman Pangan. Diterbitkan oleh Gadjah Mada
University Press. Tahun 1996.
Sudir,
D.I. Yuliani, A. Faizal, dan A. Yusuf. 2012. Pemetaan patotipe Xanthmonas
oryzae pv. oryzae, penyebab penyakit hawar daun bakteri padi di
sentra produksi padi di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Lap. Hasil
Penelitian Th. 2012. Balai Besar Peneltian Tanaman Padi. 53p.
Reddy
R. and Shang-Zhi Y. 1989. Survival of Xanthomonas campestris pv. oryzae,
the causal organism of bacterial blight. in Bacterial Blight of Rice.
IRRI. pp.65-78.
mantab bro
BalasHapusmantab bro
BalasHapusDafpusnya mas tolong d cantumin semuanya :)
BalasHapusHi Selamat pagi guys, Masih Bingung Dan Ragu Pilih Agen Poker & DominoQQ Yang Terpercaya?
BalasHapusPIN BB : D61E3506
👉 Whatsapp : +85598249684
👉 Line : Sinidomino
dewa poker