PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN
PENGENDALIAN
PENYAKIT TANAMAN
Prinsip-prinsip
perlindungan tanaman (Roberts, 1978) :
1.
Peniadaan
Peniadaan patogen tanaman merupakan
tindakan pengendalian patogen penyakit tanaman dengan cara mengurangi atau
menghilangkan patogen dan pada
umumnya, pengurangan atau peniadaan inokulum awal adalah sangat efektif untuk
pengelolaan patogen monosiklik. Langkah langkah
peniadaan dapat dilakukan dengan bermacam cara seperti : Pengendalian
seperti penggunaan rotasi tanaman, penghilangan inang alternatif, dan fumigasi
tanah dapat mengurangi inokulum awal. Pada patogen polisiklik, inokulum awal
dapat berlipat setiap saat selama musim pertumbuhan. Untuk itu, pengurangan
inokulum awal biasanya harus digabungkan dengan tipe lain cara pengendalian
(seperti cara perlindungan kimia atau ketahanan horizontal) yang juga
mengurangi laju infeksi.
Selain
itu tidakan peniadaan patogen dapat dilakukan dengan mengupayakan agar patogen
tidak masuk atau datang dengan cara yaitu Eksklusi. pencegahan inokulum untuk
masuk atau menetap di suatu wilayah atau lahan yang sebelumnya di tempat itu
belum ada. Tujuannya agar penyebaran patogen tidak terjadi di suatu negara,
wilayah atau areal pertanaman. Yang termasuk dalam ekslusi ini adalah perlakuan
benih, inspeksi dan sertifikasi, karantina, serta eradikasi serangga vektor.
Perlakuan
Benih
Masuknya patogen ke daerah lain dapat dicegah dengan
perlakuan benih baik dengan suhu panas maupun dengan bahan kimia. Biji, umbi, setek, dan umbi daun
(misalnya pada bawang-bawangan) dapat diperlakukan dengan panas sampai tingkat
tertentu dan bahan kimia untuk mencegah adanya patogen yang terbawa oleh materi
perbanyakan tersebut. Hal ini akan mencegah besarnya tingkat infeksi patogen di
lapang baik untuk persentase tumbuhnya maupun perkembangan penyakitnya selama
pertumbuhan tanaman.
Perlakuan
panas dapat dilakukan menggunakan air panas, udara panas atau penjemuran (panas
sinar matahari) pada bagian tanaman tersebut. Prinsipnya yaitu untuk mematikan
patogen tetapi biji atau bagian tanaman lainnya masih toleran untuk dapat
tumbuh dengan baik. Salah satu cara pengendalian penyakit bercak cokelat yang
disebabkan oleh jamur Drechslera oryzae pada tanaman padi dapat
dilakukan dengan perlakuan air panas, namun hal ini tidak dapat dilakukan
secara besar-besaran mengingat resiko yang mungkin terjadi yaitu daya tumbuh
biji padi akan terganggu.
Perlakuan
benih dengan bahan kimia telah banyak dilakukan untuk mencegah penyakit jamur
yang terbawa biji. Contohnya fungisida benomil (Benlate T20/20WP) untuk
perlakuan benih padi untuk mencegah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyricularia
oryzae dengan dosis 1 g fungisida untuk setiap 1 kg benih. Fungisida
metalaksil (Ridomil 35 SD) digunakan untuk perlakuan benih jagung untuk
mencegah
Karantina
merupakan suatu usaha pelarangan atau pembatasan resmi pengangkutan bahan
tanaman tertentu terhadap kemungkinan terbawanya pengganggu dari suatu daerah
atau negara yang berpotensi merusak tanaman di daerah atau negara lain.
Aktivitas karantina yang dilakukan meliputi: embargo tanaman dan produknya,
pemeriksaan dan sertifikasi bahan tanaman dari negara asal, pemeriksaan dan
perlakuan bahan tanaman di pintu masuk negara pengimpor, monitoring
berkelanjutan bahan dan hasil tanaman asal negara lain. Bentuk perlakuan dapat
berupa pestisida sampai pemusnahan. Petugas karantina tumbuhan bertugas atas
nama Menteri Pertanian. Aturan-aturan yang dilaksanakan merupakan Undang-undang
atau Peraturan Pemerintah, oleh karena itu, harus ditaati atau dipatuhi oleh
segenap warga negara dan bila ada yang melanggarnya dapat dikenakan sangsi
perdata maupun pidana.
2. Eradikasi.
Eradikasi bertujuan
untuk mengurangi, membersihkan dan memusnahkan inokulum yang telah ada pada
lahan atau tanaman yang menjadi sumber inokulum atau membuat inokulum menjadi
tidak aktif. Yang termasuk dalam cara-cara eradikasi adalah pengendalian
hayati, rotasi tanaman, pencabutan dan pemusnahan tanaman sakit, perlakuan
panas dan perlakuan kimia pada tanaman sakit, serta perlakuan tanah.
a.
Pengendalian
Hayati
Pengendalian
hayati bertujuan untuk memusnahkan dan mengendalikan patogen dengan
memanfaatkan aktivitas mikroba lain. Yang termasuk dalam kegiatan pengendalian
hayati adalah pemberian mikroba antagonis dan perlakuan tertentu untuk
meningkatkan aktivitas mikroba tanah seperti pemberian bahan organik yang
bertujuan agar mikroba antagonis menjadi tinggi aktivitasnya. Yang dimaksud
dengan mikroba antagonis adalah mikroba yang aktivitasnya berdampak negatif
terhadap kehidupan patogen. Mekanisme antagonisme dalam pengendalian hayati
yaitu : (a) parasitisme langsung atau lisis dan matinya patogen (b) kompetisi makanan
dengan patogen, (b) antibiosis, pengaruh langsung dari substansi antibiotik
yang dikeluarkan oleh antagonis terhadap patogen, dan (c) pengaruh tidak
langsung dari substansi yang menguap seperti etilen yang dikeluarkan karena
aktivitas antagonis.
b.
Rotasi
Tanaman
Bilamana tanaman
yang sama ditanam terus menerus pada lahan yang sama untuk beberapa musim tanam
maka patogen tular tanah akan meningkat populasinya dan akan menyebabkan
penyakit yang serius pada pertanaman tersebut. Lahan tersebut akan menjadi
tempat yang terinfestasi berat oleh patogen karena ketersediaan tanaman inang
yang terus menerus. Apabila pada lahan ini kemudian ditanam dengan tanaman yang
sangat tahan atau tanaman yang imun terhadap patogen tersebut maka patogen
tidak akan mendapatkan makanan sehingga populasinya akan menurun secara tajam.
Demikian pula, apabila kemudian pada lahan ini ditanami tanaman bukan inang
patogen, maka populasi patogen juga akan menurun. Beberapa tanaman mengeluarkan
eksudat yang mengandung senyawa tertentu yang dapat berpengaruh negatif
terhadap perkembangan populasi patogen tular tanah, disisi lain beberapa
eksudat justru membantu perkembangan organisme antagonis.
Rotasi tanaman
merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengendalikan penyakit tular
tanah dan penyakit akar. Metode ini hanya efektif untuk patogen yang tidak
dapat bertahan lama dalam tanah, misalnya untuk patogen Fusarium dari
spesies tertentu. Rotasi tanaman tidak efektif bila dilakukan untuk
mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh patogen penghuni tanah yang
mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi dan dapat bertahan dalam tanah
selama bertahun tahun.
c.
Pencabutan
Dan Pemusnahan Tanaman Sakit
Adanya tanaman
sakit merupakan sumber inokulum bagi tanaman lain atau tanaman berikutnya
ditempat itu. Roguing (pemangkasan bagian tanaman yang sakit), pencabutan
tanaman sakit, pemusnahan inang antara dan inang perantara, dan sanitasi
(membersihkan sisa-sisa tanaman sakit) merupakan aktivitas penting dalam
eradikasi patogen.
d.
Perlakuan
Panas Dan Perlakuan Kimia Pada Tanaman Sakit
Patogen yang ada pada tanaman atau ada dalam organ tertentu dari
tanaman dapat diinaktifkan atau dibunuh dengan perlakuan panas dan perlakuan
kimia. Dengan adanya perlakuan panas dan perlakuan kimia, struktur istirahat
patogen yang ada pada tanaman serta pertumbuhan miselium jamur, perkembangan
tubuh buah dan spora yang keluar dari batang tanaman dikurangi atau bahkan
mati. Metode ini telah banyak berhasil untuk mengendalikan penyakit pada
tanaman buah-buahan. Bahan kimia yang diaplikasikan pada tanaman adalah dari
jenis eradikan yang tujuan utamanya adalah untuk membunuh patogen yang telah
ada pada tanaman. Sebagai contoh adalah pengolesan bubur Bordeaux dan
pengolesan fungisida tridemorf (Calixin RM) untuk mematikan jamur upas (Upasia
salmonicolor) pada tanaman apel dan karet.
e.
Perlakuan
Tanah
Tujuan dari perlakuan tanah ini adalah untuk membuat patogen
menjadi inaktif atau patogen menjadi mati. Yang termasuk dalam aktivitas
perlakuan tanah adalah penggunaan bahan kimia (fumigan tanah, fungisida
tertentu, biosida dsb), dengan energi panas (mulsa plastik, pembakaran sisa
tanaman sakit, penjemuran tanah), dan penggenangan (untuk membuat kondisi
anaerob agar patogen tertentu menjadi mati), dan pemberaan (lahan tidak
ditanami).
3.
Ketahanan
(resistensi) tanaman.
Tanaman yang tahan berarti tanaman
yang mempunyai kemampuan untuk menghambat perkembangan patogen atau dapat
beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan. Pengendalian dengan cara
resistensi adalah termasuk semua usaha yang dapat membuat tanaman menjadi imun,
tahan atau toleran terhadap serangan patogen. Yang termasuk dalam resistensi
adalah proteksi silang, ketahanan terimbas, aktivasi pertahanan tanaman,
perbaikan kondisi pertumbuhan tanaman, dan penggunaan varietas tahan.
Ketahanan terimbas (‘induced
resistance’) adalah ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen karena
tanaman telah terinfeksi oleh patogen lain sebelumnya, baik patogen tersebut
dari spesies yang sama maupun dari spesies lain. Tanaman tembakau yang
terinfeksi TMV dapat menyebabkan ketahanan terimbas terhadap serangan jamur
patogen Phytophthora nicotianae,
bakteri patogen Pseudomonas tabaci,
juga terhadap beberapa kutu daun. Ketahanan pada tanaman terhadap patogen
ternyata dapat dirangsang dalam inang dengan cara menggosokkan, mencelupkan dan
menyuntikkan senyawa-senyawa tertentu yang diambil dari patogen pada tanaman.
Ketahanan tanaman terhadap beberapa
virus (misalnya TMV), jamur (misalnya Peronospora
tabacina), dan bakteri (misalnya Pseudomonas
syringae) dapat dirangsang dengan memberikan beberapa jenis senyawa
sintetik yang diinjeksikan ke dalam tanaman, disemprotkan pada daun atau
diabsorpsikan melalui petiol atau akar. Senyawa kimia yang dilaporkan efektif
sebagai perangsang adalah asam salisilat (derivat dari asam ini adalah asam
asetilsalisilat yang dikenal sebagai aspirin) dan asam dichloroisonicotinat
(INA)
Praktek penanaman yang bertujuan
untuk memperbaiki vigor tanaman sering membantu meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap serangan patogen. Pemupukan, pengaturan drainase, irigasi, pengaturan
jarak tanam, dan pengendalian gulma dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman
sehingga secara tidak langsung atau secara langsung dapat berpengaruh terhadap
pengendalian penyakit utama pada tanaman tersebut.
Penggunaan varietas tahan bila
varitetas tersebut telah tersedia mempunyai beberapa kelebihan, yaitu murah,
mudah, aman, dan merupakan salah satu cara pengendalian yang efektif untuk
mengendalikan penyakit tumbuhan. Penggunaan varietas tahan juga dapat
mengurangi penggunaan fungisida sehingga mengurangi pencemaran akibat bahan
racun tersebut. Penggunaan
varietas tahan ternyata dapat mengatasi beberapa penyakit yang sulit
dikendalikan dengan cara-cara pengendalian lainnya, seperti penyakit layu
vaskuler dan penyakit karena virus, dan juga pada beberapa penyakit yang secara
ekonomis tidak praktis untuk dikendalikan, misalnya penyakit karat pada
serealia, penyakit embun tepung, dan busuk akar
4. Proteksi silang
Proteksi
silang (cross protection) yaitu tanaman diinokulasi dengan strain virus
yang lemah sehingga akan terlindung dari infeksi oleh strain yang kuat. Istilah
proteksi silang terutama ditujukan pada perlindungan tanaman menggunakan strain
virus lemah terhadap infeksi virus strain ganas dari jenis virus yang sama.
Proteksi silang merupakan fenomena yang umum terjadi pada strain-strain virus,
dan merupakan cara yang lebih efektif dibandingan cara-cara pengendalian
lainnya terhadap virus strain ganas. Walaupun demikian, penggunaan proteksi
silang jarang dilakukan dalam mengendalikan virus tumbuhan mengingat sulitnya
mendapatkan virus strain lemah. Selain itu, penggunaan strain lemah tidak
selalu efektif melawan semua strain ganas yang berasal dari berbagai tempat.
Demikian juga, ada kekhawatiran bahwa strain lemah akan mengalami mutasi
berubah menjadi strain ganas sehingga akan terjadi infeksi ganda pada satu
tanaman yang diperlakukan. Contoh-contoh keberhasilan penggunaan proteksi
silang adalah:
1.
aplikasi strain lemah TMV
pada tomat
2.
aplikasi strain lemah virus
tristeza pada jeruk
3.
aplikasi strain lemah papaya
ringspot virus pada pepaya.
5. Pengendalian Terpadu
Pengendalian terpadu
merupakan pengendalian yang mengintegrasikan akan berkelanjutannya pertanian
dan kelestarian lingkugan. Usaha untuk mengurangi populasi organisme pangganggu
ke taraf yang tidak merugikan perlu diintegrasikan dengan sistem produksi
sehingga harus ditangani secara tern menerus sejak perencanaan. Oleh karena itu
penggunaan kata pengendalian dirasa kurang tepat, sehingga pemakaian kata
pengelolaan dirasa lebih sesuai karena pengelolaan juga meliputi fungsi
perencanaan meliputi pengawasan (kontrolling), pengendalian kultur teknis,
pengendalian hayati, pengendalian biologi, pengendalian mekanis, pengendalian
fisik, pengendalian kimiawi.
Sumber :
Kartasapoetra, A.G. dan R.G. Kartasapoetra. 1986. Karantina Tanaman di Indonesia. Bina Aksara Jakarta.
Nene, Y.L. and P.N. Thapliyal. 1979. Fungicides in Plant Disease Control. Second Edition. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi.
Purnomo, B. 2006. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Faperta. UNIB
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Semangun, H. 1994. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Singh, R.S. 1978. Introduction to Principles of Plant Pathology. Second Edition. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi.
Sree-Ramulu, U.S. 1985. Chemistry of Insecticides and Fungicides. Second Edition. Oxford & IBH Publishing Co. Pvt. Ltd. New Delhi.
Wakhidin, 1994. Peranan Karantina dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan. Dalam Prosiding Seminar Regional I Himpunan Perlindungan Tumbuhan Indonesia. HPTI Komisariat Surabaya, UPN Jawa Timur.
Tidak ada komentar: